Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Sistem Sumur Injeksi, Solusi Atasi Banjir Berbiaya Murah
Oleh : Redaksi
Senin | 29-12-2014 | 11:11 WIB
Banjir-Nagoya.gif Honda-Batam
ILustrasi.

BATAMTODAY.COM - Masalah banjir yang pasti terjadi dikala musim hujan menjadi persoalan serius Pemerintah dan masyarakat saat ini. Berbagai upaya telah dilakukan namun, banjir tetap saja terjadi.

"Air banjir sebenarnya merupakan potensi yang bisa dimanfaatkan untuk memperbaiki kondisi lingkungan, namun justru air banjir ini menjadi bencana yang tidak pernah berkesudahan," jelas pakar Water Technology dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Dr.-Ing., Ir.Mohajit, MSc dalam roundtable discussion  "Solusi Atasi Banjir Berbiaya Murah", pekan lalu.

Anggota Asosiasi  Ilmuwan bergensi Humboldt Network Germany ini menjelaskan solusi penanganan banjir selama ini lebih banyak mempercepat mengalirnya air menuju sungai dan laut, yang mengakibatkan air banjir terbuang cuma-cuma.

"Penyediaan waduk penampung juga tepat namun memerlukan lahan dan biaya
yang cukup tinggi, dan kendalanya selalu pada saat pembebasan lahan," jelas alumnus Post Doctoral, Engineering Biology and Biotechnology, University of Karlsruhe, FR Germany ini.

Mohajit menawarkan solusi dengan sitem sumur injeksi, yang biayanya jauh lebih murah dibandingkan dengan menyediakan waduk atau membuat sodetan yang membuang air cuma-cuma ke laut.

"Biayanya bisa mencapai sepersepuluh dari biaya membuat sodetan atau menyiapkan waduk baru," terang pria kelahiran Ambarawa ini.

Menurutnya teknologi sumur injeksi ini telah digunakan oleh Pemerintah Jerman untuk mengelolah natural resource menjadi lebih berguna. Pemerintah Jerman menggunakan tekhnologi ini untuk menjaga kestabilan tanah sehingga bangunan yang ada di atasnya stabil dan tidak bergerak. Selain itu sistem ini juga berfungsi untuk mencegah intrusi air laut ke daratan.

"Contoh nyata akibat menurunnya permukaan air tanah adalah kemiringan gedung Menara Saidah dikawasan Cawang Jakarta Selatan, dampak gedung tersebut tidak bisa digunakan hingga saat ini," jelas Mohajit sambil mewanti-wanti kondisi ini akan terjadi diwilayah Jakarta atau kota lainnya jika tidak diantisipasi sejak dini.

Teknologi sistem injeksi tidak memerlukan lahan yang luas seperti halnya membuat waduk atau sodetan. "Cukup pilh area yang selalu banjir, lahan seluas 2 meter persegi sudah bisa menjadi sebuah sumur injeksi," lanjutnya.

Begitupun dengan teknologi yang digunakan, tidak memerlukan teknologi mutakhir karena sistem injeksi ini memanfaatkan gaya grativitasi bumi. 

"Karena memanfaatkan grativitasi bumi maka biayanya cukup murah, satu sumur injeksi memerlukan dana sekitar Rp500 juta," jelas penemu Instalasi Pengolahan Air (IPA) Nusantara berbiaya murah yang sudah diimplementasi di PDAM Bogor, Pangkal Pinang dan Bali ini.

Dari perhitungan matematis yang dilakukannya, untuk mengatasi banjir besar dengan limpahan air dititik maksimal 800 meter kubik/detik atau dalam keadaan siaga satu maka di wilayah Jakarta dibutuhkan 2.000 sumur injeksi.

"Pemerintah hanya mengeluarkan anggaran sekitar satu triliun dan ini jauh lebih murah dibandingkan dengan membuat sodetan atau waduk," jelasnya.

Lebih lanjut dijelaskan, pembuatan sumur injeksi skala pilot sangat diperlukan sebagai landasan pengembangan Sumur injeksi skala penuh dan sekaligus untuk mensimulasikan aplikasi dan implementasi Sumur Injeksi Super High Rate.

"Jika Pemerintah ragu dengan sistem ini, Pemerintah bisa membuat pilot proyek sebanyak 3 sumur injeksi, kan hanya butuh satu setengah miliar," tutupnya.

Editor: Dodo