Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Ilmuwan Taksir 20 Persen Penduduk Dunia Penyebar Penyakit
Oleh : Redaksi
Selasa | 16-12-2014 | 14:02 WIB
crowded-britain_796405c.jpg Honda-Batam
Foto: telegraph.co.uk

BATAMTODAY.COM - SAAT berbicara mengenai penularan virus dan bakteri, beberapa orang lebih mudah menjangkiti ketimbang yang lain. Jauh lebih mudah menjangkiti.

Dikenal sebagai penyebar super, jumlah orang semacam itu mencakup kira-kira 20 persen penduduk dunia. Namun, mereka bertanggung jawab dalam penularan sekitar 80 persen penyakit menular tertentu, demikian taksiran para ilmuwan.

Gejala itu telah diamati, di samping penyakit menular lainnya, pada saat wabah SARS pecah pada 2002 dan 2003 serta ketika Tifus Maria muncul di New York–seorang koki di New York yang menularkan belasan warga, tapi dirinya sama sekali tidak jatuh sakit.

Kini, para ilmuwan berusaha mencari alasan mengapa sejumlah orang menyebarkan penyakit lebih intens daripada orang lainnya. Tentunya, kondisi memainkan peran.

Contohnya, pusat perawatan harian yang ramai dan sejumlah patogen yang lebih memiliki daya tular ketimbang bakteri lain. Sistem kekebalan tubuh pun dalam banyak kasus dapat memainkan peran juga.

Belum jelas mana yang menjadi kontributor terbesar golongan penyebar super tersebu: tingkah laku orang, atau reaksi sistem kekebalan tubuhnya. Namun, sejumlah ilmuwan mengatakan kedua faktor sepertinya memainkan peran.

Sejauh ini, riset di lapangan berfokus pada infeksi-infeksi serius seperti SARS dan tuberkulosis, dan bakteri seperti salmonella dan Staphylococcus aureus yang dapat menyebabkan sakit. Belum diketahui apakah ada semacam penyebar super untuk penyakit harian seperti pilek.

Tanda bahwa sistem kekebalan tubuh kemungkinan berperan dapat dilihat pada kasus penyebaran SARS saat sejumlah infeksi di kompleks perumahan mengerucut kepada seorang pria di Hong Kong yang menjalani dialisis ginjal. Para ilmuwan mencurigai terdapat keterkaitan antara sistem kekebalan tubuhnya yang melemah dan persebaran sejumlah besar patogen.

Infeksi susulan juga kemungkinan memainkan peran. Terdapat kajian yang membuktikan bahwa bayi di ruang perawatan yang terinfeksi dengan bakteri S. aureus kemungkinan menyebarkan virus tersebut setelah tertular virus pernafasan. Kajian serupa juga memperlihatkan bahwa orang dewasa dapat menyebarkan virus S. aureus 30 hingga 40 kali lipat jika tertular virus sederhana secara simultan seperti pilek.

Menurut para peneliti, sistem kekebalan para tikus penyebar super di laboratorium melemah atau kurang responsif terhadap peradangan. Dalam kajian lanjutan, tikus-tikus itu diberikan antibiotik, yang dapat menyebabkan peradangan tingkat rendah.

Tikus yang tidak tergolong penyebar super langsung meradang dan jatuh sakit. Sebaliknya, sistem kekebalan para penyebar super mampu menoleransi antibiotik dan gangguan pada usus serta tidak menjadi sakit. Hasil temuan itu diterbitkan di jurnal Proceedings of the National Academy of Science pada November.

Saat beberapa tikus diberikan patogen lain, reaksi tubuh mereka pun berbeda. Namun, menurut Andrew Lee, instruktur klinis senior dari University of Sheffield, belum jelas bagaimana reaksi patogen tersebut pada tubuh manusia. (*)

Sumber: WSJ