Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kesalahan Penanganan Ancam Masa Depan Anak Berkebutuhan Khusus
Oleh : Habibi
Rabu | 26-11-2014 | 22:57 WIB
penanganan salah abk bahaya.jpg Honda-Batam
Tri Gunadi mempraktikkan cara penanganan anak penyandang retardasi mental. (Foto: istimewa)

BATAMTODAY.COM, Tanjungpinang - Penanganan anak berkebutuhan khusus tidak boleh keliru. Penanganan yang salah bisa mengancam masa depannya.

"Guru SLB harus mengerti cara menangani anak berkebutuhan khusus. Penanganan yang salah bisa berakibat fatal untuk masa depannya. Apalagi anak berkebutuhan khusus yang sama sekali tak ditangani, justru hanya akan menciptakan 'monster' di masa depan," kata dr Tri Gunadi Amd OT SPsi, pakar tumbuh kembang anak, pada saat pelatihan sensori integrasi guru pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus se-Provinsi Kepulauan Riau, di Plaza Hotel Tanjungpinang, Rabu (26/11/2014).

Dia mencontohkan penanganan anak yang menyandang retardasi mental (RM) di kelas C SLB. Bagi anak dengan IQ rendah ini, guru tak perlu menjejali anak dengan kompetensi kognitifnya. Yang diperlukan hanyalah membuatnya mandiri, dan bisa melakukan tugas-tugas sederhana.

"Anak-anak dengan gangguan RM ini tidak perlu diberikan pelajaran-pelajaran yang bersifat prestasi akademik atau ngotot meningkatkan intelegensinya, karena memang nggak bakalan mampu," terang Gunadi, yang juga Direktur Utama Klinik Tumbuh Kembang Anak Yamet Jakarta itu.

Gunadi menjelaskan, perlu diajarkan kepada anak-anak ini selain kemandirian adalah tugas-tugas sederhana. Karena, anak-anak RM ini lebih diarahkan untuk menjadi wiraswasta ketimbang jadi pekerja. Jika pun jadi pekerja, tugas-tugas yang dilakukan juga harus sederhana dan tidak menguras otak.

"Yang terpenting mereka bisa menghitung uang, menggunakan kalkulator, dan program pendidikannya diarahkan ke vokasional (keterampilan)," jelas Gunadi.

"Jika dipaksakan juga untuk mengarahkan kepada perkembangan intelegensinya, sama saja memaksakan anak untuk melakukan sesuatu yang dia tak mampu. Anak akan semakin stres. Jika ini berlarut-larut, sama saja anak tak mendapatkan apa-apa," imbuhnya. (*)

Editor: Roelan