Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Peneliti Berhasil Petakan Genom Cacing Pita di Otak Manusia
Oleh : Redaksi
Senin | 24-11-2014 | 12:08 WIB
300px-Sparganosis.jpg Honda-Batam
Cacing pita di otak manusia.

BATAMTODAY.COM - SEORANG pria Cina di Inggris mengelami gejala lemah syaraf selama bertahun-tahun tanpa diketahui penyebabnya, seperti sakit kepala, kehilangan ingatan, dan kejang. Berdasarkan biopsi (jaringan tubuh yang diambil untuk pemeriksaan laboratorium), ditemukan peradangan pada otaknya, tetapi penyebab pasti dari gejala-gejalanya tidak dapat ditentukan.

Kemudian dalam biopsi terakhir, ahli bedah menggali sumber masalah neurologis pria tersebut, dan mengeluarkan cacing pita yang telah merayap di otaknya selama empat tahun terakhir. Parasit sepanjang 1 cm itu telah merayap lebih dari 2 inci dari sisi kanan otaknya menuju ke sisi kiri. Sekarang, pasien itu baik-baik saja.

Para peneliti dari Wellcome Trust Sanger Institute yang berhasil memetakan genom cacing pita tersebut, mengungkapkan jika spesies itu termauk sangat langka yang dikenal sebagai Spirometra erinaceieuropaei. Ini pertama kalinya spesies cacing pita yang pernah diurutkan, dan peneliti berharap informasi genetik akan membantu dokter mendiagnosis dan mengobati infeksi parasit ini dan lainnya di masa depan.

Menurut Dr Hayley Bennett, peneliti utama, infeksi Spirometra erinaceieuropaei jarang terlihat pada manusia. "Sebelum 2003, hanya ada 300 kasus yang dilaporkan dalam literatur, terutama di Tiongkok dan Asia Tenggara," kata Bennett seperti dikutip Popular Science.

Bennet menyatakan jika parasit itu hidup di air. Diyakini, pasien tersebut terkena parasit setelah makan krustasea (hewan-hewan laut seperti udang, kepiting, lobster, dsb) yang terinfeksi atau daging mentah dari amfibi dan reptil. Kemungkinan lainnya, infeksi itu terjadi ketika orang tersebut mengompres mata mereka dengan daging kodok liar yang merupakan salah satu pengobatan tradisional Cina.

Dalam otak manusia, Spirometra erinaceieuropaei menyebabkan peradangan jaringan tubuh, yang memicu sakit kepala dan kejang. Cacing pita ini mendapatkan makanan dengan menyerap lemak melalui kulitnya. Beruntung bagi si cacing, otak manusia penuh dengan asam lemak untuk dikunyah.

Ketika memeriksa genom cacing pita itu, para peneliti menduga ukurannya bisa jauh lebih besar. "Ini merupakan  1,26 miliar pasangan basa (Gb) yang panjang yang hampir sebanding dengan genom manusia," kata Bennett.

"Kami tidak tahu mengapa genomnya begitu besar, tapi kami mencari urutan yang berulang dalam genom itu. Kami temukan persentase pengulangan yang cukup besar," terangnya.

Genom Spirometra erinaceieuropaei sekitar 10 kali lebih besar dari cacing pita lainnya yang telah diurutkan, dan terisi dengan berbagai urutan genetik yang membantu untuk memecah protein dan menyerang inangnya dengan mudah.

Cacing pita itu juga tahan terhadap albendazole, yang banyak digunakan pada obat anti-cacing pita. Sekarang, dengan genom cacing pita yang telah dipetakan ini, peneliti dapat menentukan target obat cacing baru yang lebih efektif -baik untuk Spirometra erinaceieuropaei dan cacing pita lain seperti itu.

Editor: Roelan