Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Sani Minta Hasil Audit BPK Atas Proyek MBM Penyengat
Oleh : Charles Sitompul
Rabu | 19-11-2014 | 08:43 WIB
Gubernur Kepri HM.Sani dok.jpg Honda-Batam
Gubernur Kepri Muhammad Sani.

‎BATAMTODAY.COM, Tanjungpinang - Kontrak pekerjaan proyek pembangunan Monumen Bahasa Melayu (MBM) Penyengat yang menelan anggaran Rp12,5 miliar diputus kontrak. Gubernur Kepri Muhammad Sani pun meminta Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melakukan aaudit investigasi atas progress pekerjaan pembangunan proyek yang dilaksanakan kontraktor tersebut.

"Pokoknya saya mau BPK lakukan audit investigasi atas progress pelaksanaan pekerjaannya di lapangan," kata Sani, Selasa (18/11/2014).

Dengan adanya audit itu, kata Sani, dirinya akan melihat sejauh mana progress pelaksanaan pembangunan konstruksi yang sudah dilakukan oleh PT Sumber Tenaga Baru.

Sebelum pelaksanaan pembayaran dan penetapan sanksi, Sani juga meminta agar tim teknis, Pengguna Anggaran dan Pelaksanan Teknis Kegiatan Dinas Kebudayaan Provinsi Kepri menyertakan audit BPK, baru dilakukan perhitungan persentase progress pekerjaan, sanksi berupa penarikan jaminan pekerjaan, serta denda dan blacklist terhadap perusahaan yang mengerjakan. 

Sani juga mengatakan akan tetap melanjutkan pelaksanaan pembangunan MBM di Penyengat, dengan menggunakan alokasi anggaran di APBD 2015 mendatang. Pengalokasiannya, kata mantan Bupati Karimun ini, telah dimasukkan dalam draft KUA/PPAS APBD 2015 Kepri, yang rencananya pada Rabu (19/11/2014) hari ini akan disampaikan ke DPRD Provinsi. 

"Pelaksanaan pembangunan Monumen Bahasa Melayu ini tetap kita upayakan dan alokasikan di dalam APBD 2015. Sedangkan Sisa Lebih Anggaran Proyek, bersama denda dan uang jaminan atas pemutusan kontrak pekerjaan tahun ini, akan dikembalikan ke kas daerah dan menjadi Silpa dalam APBD-P 2015 Kepri," kata Sani.

‎Sebelumnya, Kepala Dinas Kebudayaan sebagai Pengguna Anggaran (PA) pelaksanaan proyek pembangunan MBM, Arifin Nasir mengatakan berdasarkan perhitungan konsultan pengawas proyek, nilai progres pekerjaan PT Sumber Tenaga Baru baru mencapai 20,7 persen fisik dan persentase progress pekerjaan itu akan dibayarakan setelah kontrak pelaksanaan pekerjaan diputus.

Pelaksanaan proyek Tugu Bahasa Melayu (TBM) Penyengat, dengan total dana APBN Rp12,5 miliar terancam mangkrak. Hal itu didasari, telah cairnya dana proyek sebesar Rp2 miliar atau uang muka proyek 20 persen, sedangkan pengerjaan baru 10 persen. 

Sementara kontraktor pemenang tender, Yaser, ternyata merupakan pihak ketiga yang meminjam nama PT Sumber Tenaga Baru (STB), dan saat ini dinyatakan menghilang. Hal itu diakui Direktur Utama PT Sumber Tenaga Baru, Yunus pada wartawan di Tanjungpinang, Kamis (16/10/2014). 

Yunus mengatakan Yaser merupakan rekanan yang meminjam nama PT STB, dalam tender proyek pembangunan Tugu Bahasa Melayu di Penyengat tersebut. Permasalahan terjadi setelah pelaksanaan pengerjaan terhenti beberapa waktu lalu, akibat sejumlah buruh bangunan dan tukang di proyek prestisius Gubernur Muhammad Sani itu, gajinya tidak kunjung dibayarkan. 

"Saya tahu setelah adanya masalah gaji buruh dan tukang yang tidak dibayar beberapa waktu lalu, dan kini, pelaksanaan pengerjaan terpaksa saya ambil alih," ujar Yunus. 

Awalnya kata Yunus, dirinya sangat percaya kepada Yaser, hingga meminjamkan nama perusahaannya untuk mengikuti tender proyek itu, tetapi setelah apa yang terjadi, pelaksanan pengerjaan terpaksa dia ambil alih.

Sebenarnya kata Yunus, Yaser sudah mencairkan 20 persen uang muka proyek atau senilai Rp2 miliar dan pekerjaan, baru hanya 10 persen. Seharusnya, pelaksanan pembangunan, sudah pada tahap menegakkan kerangka baja dari pondasi. Sesuai dengan perjanjiannya di akhir Oktober sudah selesai. 

"Tapi apa, karena masalah ini, waktu pun terbuang sia-sia. jika tidak ada itikad baik dari Yaser untuk mengembalikan dan yang sudah dicairkan, maka saya akan melaporkan dia (Yaser-red) ke Polisi terkait dengan penggelapan uang. Karena hingga saat ini, dia tidak bisa ditemui dan dihubungi," kata Yunus.

Selain telah menghabiskan uang muka Rp2 Miliar, Yunus juga menyatakan Yaser banyak meninggalkan utang bahan di sejumlah toko. Bahkan, alat-alat sewa yang digunakan juga belum dibayarkan. 

"Apapun yang terjadi kepada perusahaan saya, kami sudah siap, dan kami tidak mau membuat masalah menjadi bertambah besar. Makanya, pekerjaan saat ini saya ambil alih, dan kami akan berusaha melaksanakan pekerjan dengan baik, agar dapat menyelesaikan proyek ini," ujarnya. 

Editor: Dodo