Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Angka Gula Impor Masih Kontroversi

Komisi II Diduga Dapat 'Siraman Gula'
Oleh : Dodo
Kamis | 16-06-2011 | 15:59 WIB
Gula-3.gif Honda-Batam

Gula impor yang masuk ke Batam.

Batam, batamtoday - Tidak konsistennya sikap Komisi II DPRD Kota Batam terkait data temuan gula impor saat sidak pertama dengan sidak kedua di pelabuhan bongkar muat Batu Ampar, Batam, memunculkan pertanyaan di tengah masyarakat. Masyarakat menduga kuat kalau Komisi II telah mendapat "siraman gula", baik dari instansi berwenang maupun dari pihak pengusaha importir gula.

"Komisi II, terutama ketuanya, Yudi Kurnain, tidak konsisten dalam bersikap. Begitu mudahnya mereka menyangkal apa yang mereka lontarkan. Tanpa beban sama sekali, ia mengamini pernyataan BP Batam serta Bea dan Cukai Batam mengenai angka resmi," kata Joe Erison, Direktur Barelang Institute, dalam sebuah perbincangan dengan batamtoday, Kamis, 16 Juni 2011.

Erison menyatakan, Komisi II termasuk Yudi Kurnain, sang ketua, tidak profesional, plin-plan, sehingga angka gula tetap kontroversial, 9.000 ton atau 11.250 ton.

"Angka 11.250 yang disampaikan pihak Persero kan dapat dipelajari, dan diduga kebenaranya, kalau masih ragu, ya, jangan diekspose dan bilang itu penyelundupan. bagi saya, angka impor itu tetap kontroversi, 9.000 ton atau 11.250 ton," tegas mantan anggota KPU Batam itu.

Sebagai lembaga representasi rakyat, Komisi II DPRD Kota Batam, menurut Erison, seharusnya mengadakan investigasi terhadap data PT Persero Batam, yang menyebut gula impor yang masuk sebanyak 11.250 ton, dan bukannya mengamini data BP dan BC Batam.

"Meski mereka (BP dan BC Batam, red.) menyebut data PT Persero itu tidak resmi, namun Komisi II harusnya memahami data yang dilansir pertama ke masyarakat yang harus dipertanggungjawabkan. Kan, Yudi Kurnain yang berkoar kalau kelebihan kuota adalah penyelundupan," cetus Erison.

Erison menduga berubahnya sikap Komisi II DPRD Kota Batam soal angka gula impor yang masuk karena telah mendapatkan 'siraman gula' baik dari importir maupun lembaga yang berkepentingan seperti BP dan BC Batam.

"Sepertinya ada 'siraman gula' yang masuk untuk membungkam mulut Komisi II agar tidak mempermasalahkan lagi soal angka gula impor yang masuk itu. Ini harus diusut tuntas karena ada indikasi praktek pemberian suap yang terjadi," kata Erison.

Erison merasa yakin ada 'permainan' dalam gonjang ganjing gula impor ini sehingga menurutnya diperlukan adanya tim independen untuk mengkalkulasi ulang jumlah gula impor yang masuk ke Batam.

"Menurut saya perlu ada tim independen untuk melakukan kalkulasi ulang soal angka gula itu," saran Erison.

Seperti diberitakan sebelumnya, Batam menerima kiriman gula impor dari Thailand sebanyak 9.000 ton yang datang per 1 Juni lalu. Angka 9.000 ton itu merupakan kuota dari pemerintah untuk Batam, Bintan dan Karimun.

Dalam inspeksi mendadak yang dilakukan oleh Komisi II DPRD Kota Batam ke Batuampar beberapa waktu lalu ditemui data gula yang masuk berdasar keterangan PT Persero, pengelola gudang penyimpanan gula, terdapat 11.250 ton yang sudah dan akan masuk.

"Kelebihan kuota itu adalah penyelundupan," ujar Yudi Kurnain, ketua Komisi II saat sidak dengan lantang.

Namun belakangan, sikap Yudi maupun Komisi II menjadi 'balik kucing' dan mengamini data gula impor yang diberikan oleh BP dan BC Batam sebanyak 9.000 ton tanpa melakukan investigasi ataupun penyelidikan komprehensif.