Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Selain Mengaku Dihajar Satpol PP, Anak Jalanan Ini Disuruh Tebus Gitar Rp300 Ribu
Oleh : Romi Chandra
Minggu | 09-11-2014 | 20:54 WIB
bogem-mentah.jpg Honda-Batam
Ilustrasi

BATAMTODAY.COM, Batam - Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Batam berhasil menjaring belasan anak jalanan di kawasan Windsor, Kamis (6/11/2014) lalu. Mereka diamankan saat tidur di dekat pos Pemuda Pancasila kawasan tersebut sekitar pukul 09.00 WIB.

Belasan anak tersebut, langsung diamankan ke Mako Satpol PP untuk didata. Namun dalam kegiatan tersebut, sangat disayangkan tindakan dari abdi pemerintah ini. Pasalnya, mereka bukannya mendidik, tapi malah menyiksa belasan bocah tersebut.

Data yang BATAMTODAY.COM peroleh, sekitar 15 orang anak jalanan mengalami luka lecet di tubuh mereka, karena disuruh berguling-buling di atas aspal, depan mako. Selain itu, empat orang diantaranya mendapat pukulan dari beberapa orang oknum Satpol PP. Bahkan ada kepalanya yang luka.

Tidak hanya disiksa, para anak jalanan ini harus membayar Rp300 ribu untuk setiap gitar mereka yang ditahan. Jika tidak dibayar, gitar mereka tidak bisa dikembalikan. Sayangnya, kekerasan yang mereka dapatkan tidak membuahkan apa-apa. Mereka ditindak, namun tak diberikan solusi atau perhatian agar tdak berada di jalan lagi.

Seperti yang dikatakan Agus (nama samaran-red), salah satu anak jalanan yang ikut merasakan kekerasan yang dari para penegak peraturan daerah ini. Dikatakan Agus, kejadian saat mereka terlelap tidur di depan Pos PP di kawasan tersebut. Mereka diamankan dan dibawa dengan perlakuan kasar.

"Awalnya yang datang polisi Polsek Lubukbaja. Mereka datang hanya untuk pendataan. Tapi tak lama setelah itu, Satpol PP datang dan langsung mengobrak abrik tempat kami. Pakaian dan kasur kami dibakar. Kami dibawa langsung ke markas mereka," kata Agus, Sabtu (8/11/2014).

Sambil memperliatkan lengannya yang luka karena disuruh berguling-guling di aspal, ada beberapa rekannya yang mendapat pukulan dan dituduh melawan. Bahkan tiga gitar mereka disita serta harus ditebus Rp300 ribu untuk setiap gitar.

"Dari mana kami dapatkan uang sebanyak itu? Untuk makan saja kami harus berpindah dari warung ke warung mengharapkan belas kasihan orang. Kami bukan mengemis, kami bekerja. Jadi pengamen kan bukan pekerjaan haram," tambahnya.

Hal itu dibenarkan Rian (nama samaran), anak jalanan lainya yang mendapat pukulan dari beberapa oknum Satpol PP. Ia dipukul karena dituduh melawan petugas saat razia. "Sejak ditangkap dan di kantor Satpol PP saya dipukuli. Tak tahu berapa orang, yang jelas badan saya ini habis mendapat hantaman dari mereka," kata Rian.

Ia mengaku, dipukuli karena menyuruh dua bocah yang kebetulan berada di sana, turun dari mobil Satpol PP. Pasalnya, dua anak kecil itu bukan anak jalanan seperti mereka. Namun ia langsung didorong oleh salah satu petugas Satpol PP, serta yang lainnya langsung menghujamnya dengan pukulan.

"Saya cuma meminta dua anak kecil itu turun, karena mereka bukan pengamen. Tapi saya langsung didorong. Jujur saya tidak senang, belum apa-apa, yang lain datang dan mukulin saya. Sok-sok jadi pahlawan pula kau di sini," kata Rian, menirukan ucapan salah satu petugas Satpol PP.

Parahnya lagi, mereka yang dibolehkan pulang sore harinya, dan harus berjalan kaki dari Batam Centre menuju Windsor, dilepaskan begitu saja, tanpa ada solusi yang diberikan. "Yang ada kami malah diancam. Kalau masih ada di sana, akan dihabisi. Lantas kami harus kemana?" tambahnya.

Yang membuat prihatin degan sikap para oknum ini, saat para anak jalanan dilepas, seakan tanpa dosa para petugas ini meminta agar tidak ada yang dendam atas sikap yang diberikan. "Kata mereka sebelum kami pulang, jangan dendam dengan sikap kami tadi. Sementara kami luka-luka, dan tak tahu harus bayar berobat pakai apa, mereka dengan gampangnya bicara seperti itu," tambahnya.

Ditakatan Rian, berhadapan dengan Satpol PP memang sudah menjadi resiko mereka sebagai orang 'terbuang' di tengah kemajuan kota dan harus hidup di jalanan. Tapi mereka hanya mengharapkan perhatian pemerintah, bukan penindasan yang dirasakan saat ini.

"Kami turun ke jalanan, karena harus mencari makan. Kami selama ini seakan menjadi penjahat yang harus kabur setiap razia dilakukan. Apakah kami tak boleh hidup? Okelah kami ditindak, tapi mestinya berikan solusi lain untuk kami," tambah Rian dan dibenarkan para anak jalanan lainnya.

Selama ini lanjutnya, pemerintah hanya bisa menindak, tanpa memberikan perhatian sedikitpun. "Jika kami tak boleh di jalanan, mestinya beri kami perhatian. Beri kami ruang agar bisa hidup. Jika boleh jujur, siapa sih yang mau hidup seperti ini? Kami juga tidak mau. Tapi kami tak seberuntug mereka. Setidaknya beri kami peluang kerja atau keterampilan," tutur Rian.

Ia mengaku, hingga kini mereka belum berani datang ke Mako Satpol PP untuk mengambil gitar, karena harus menebus dengan uang yang cukup besar. "Belum ada duit bang, kan kami harus bayar, sementara sekarang kami tak bisa ngamen," pungkasnya.

Editor: Dodo