Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Warga Terpaksa Simpan Stok Tabung Elpiji

Rencana Kenaikan Harga BBM Picu Kelangkaan Elpiji 3 Kg di Tanjungpinang
Oleh : Habibi
Selasa | 04-11-2014 | 14:29 WIB
agen gas di tanjungunggat tpi.JPG Honda-Batam
Agen elpiji di Tanjungunggat, Tanjungpinang. (Foto: Habibi Kasim/BATAMTODAY.COM)

BATAMTODAY.COM, Tanjungpinang - Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah memberi sinyal untuk mencabut subsidi bahan bakar minyak (BBM). Rencana pencabutan subsidi BBM ini disebut-sebut menjadi pemicu kelangkaan gas elpiji 3 kg di Tanjungpinang.

Kelangkaan elpiji 3 kg yang dikenal sebagai "gas melon" itu mulai dirasakan warga sejak sepekan belakangan. Pengelola pangkalan pun mengaku bahwa kelangkaan gas dikarenakan BBM yang akan naik.

"Gas hilang, datangnya sedikit, warga berebutan. Datang lagi nanti dua hari ke depan. Itu juga kalau datang. Pangkalan utama katanya lagi kosong juga, makanya jarang ngantar. BBM mau naik, jadi pasokan gas sepertinya disembunyikan," ujar Harri, salah satu pengelola pangkalan elpiji di Tanjungunggat, Kecamatan Bukit Bestari, Selasa (4/11/2014).

Kelangkaan "si melon" ini mencemaskan warga, terutama ibu-ibu rumah tangga yang sering berusuan dengan dapur.

"Sudah beberapa hari ini banyak teman-teman mengeluh tidak buat kue karena tidak ada gas. Kenapa gas bisa langka? Padahal pemerintah yang suruh kita pakai gas," ujar Aini, warga Tanjungunggat yang mengaku gas kosong sejak hari Jumat hingga hari ini.

Dia menuturkan, warga Tanjungunggat ada yang terpaksa mencari elpiji 3 kg hingga ke SPBU di Batu 7. Namun, SPBU yang menjual elpiji 3 kg itu pun sering kehabisan stok.

Sementara itu warga yang tinggal di Km2 dan Km3 juga mengeluhkan kelangkaan elpiji 3 kg. "Kami jualan gorengan. Sudah dua hari tak jualan karena tidak ada gas. Pangkalan sering kosong. Di Pancur (Jalan Dr Soetomo, red) sampai Pertamina sering kosong juga," ujar Rosmah, warga Gang Kenanga 2, Jalan Brigjen Katamso.

Selain langka, warga juga mengeluhkan harga gas elpiji yang beraneka ragam. Mulai dari Rp16 ribu hingga Rp 20 ribu per tabungnya.

"Kalau harga kita tidak masalahkan, yang penting ada. Ini malah seminggu sekali kayanya baru datang, dan itu terbatas lagi," kata Rosmah kesal.

Wati, warga Seijang, harus menguber-uber elpiji sambil menggendong bayinya. Agen gas di Jalan Seijang juga kehabisan stok. "Saya dapat sampai ke (sekitar Swalayan Zoom). Dapat pun harganya Rp21 ribu," ujarnya kesal.

Lain lagi dengan John, warga Km12. Dia mengaku harus menyediakan stok elpiji sampai lima tabung. "Kan saya berdagang. Kalau cuma satu dua, kalau habis susah nyarinya. Sekarang saja rata-rata dalam satu rumah punya stok dua tabung," terang dia. (*)

Editor: Roelan