Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Singapura Siapkan 30 Juta Dolar untuk Bantu Penyandang Difabel dan Pengasuhnya
Oleh : Redaksi
Senin | 27-10-2014 | 09:56 WIB
penyandang difabel.jpg Honda-Batam
Foto: redcross.org.sg

BATAMTODAY.COM, Singapura - Sebesar 30 juta dolar Singapura telah disiapkan untuk mendukung program-program untuk membantun penyandang difabilitas dan pengasuh mereka di negara itu. Badan amal Tote, sebagai penyandang dana, akan bermitra dan Kementerian Sosial dan Pembangunan Keluarga Singapura, akan memberikan bantuan tersebut selama lima tahun.

"Khususnya untuk proporsi yang sangat signifikan dari para penyandang cacat yang mampu bekerja dalam beberapa cara, bisa mandiri dan membantu mereka selama transisi dari sekolah untuk bekerja," Tharman Shanmugaratnam, Deputi Perdana Menteri dan Menteri Keuangan Singapura, seperti dikutip Channel NewsAsia.

Sebanyak 26 juta dari 30 juta dolar akan disisihkan untuk mendukung proyek-proyek dan inovasi baru dalam bidang-bidang seperti data dan teknologi, misalnya perangkat speech-generating (pembangkit suara) yang bertuliskan kata-kata jika tombol ditekan. Hal ini biasanya digunakan untuk membantu orang-orang dengan gangguan komunikasi. Sementara sisanya 4 juta dolar akan disalurkan untuk mendukung pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang isu-isu kecacatan.

Sementara, Dr Wong Meng Ee, co-founder dari IC2 PrepHouse, pusat informasi untuk tunanetra, mengatakan, membangun kesadaran publik tentang isu-isu kecacatan juga penting. "Perlu ada informasi untuk dapat diakses oleh guru, spesialis, profesional, yang bekerja dengan orang-orang dengan gangguan penglihatan misalnya," jelasnya.

Kelompok kedua yang ditargetkan adalah pengasuh. Pekerjaan untuk mengasuh anak-anak berkebutuhan khusus ini sering membuat mereka stret, bahkan tidak tahu di mana untuk mencari bantuan dan bagaimana untuk mendapatkan dukungan.

Helen Chong, seorang ibu rumah tangga penuh waktu yang memiliki anak dengan sindroma Down, menyambut baik inisiatif tersebut. "Saya berharap bahwa dengan pengenalan inisiatif ini, lebih banyak program dapat dikembangkan untuk membantu anak-anak berkebutuhan khusus menjadi lebih mandiri sehingga dapat mengurangi stres pada pengasuh seperti saya sendiri," katanya. (*)

Editor: Roelan