Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Awas, Kecanduan Internet Bisa Picu Depresi
Oleh : Redaksi
Jum'at | 24-10-2014 | 14:29 WIB
ilustrasi anak kecanduan internet.jpg Honda-Batam
Foto ilustrasi/net.

BATAMTODAY.COM - ORANG tua perlu mewaspadai jika anaknya sudah keranjingan bermain internet. Kecanduan bermain internet memang tidak begitu menyita perhatian orang seperti halnya kecanduan alkohol atau narkoba. Tapi menurut seorang pakar di Hobart, Tasmania, kecanduan yang satu ini bisa memicu sejumlah masalah kesehatan mendasar.

Dr Michael Davie merupakan Direktur Klinis pada Asosiasi Klinik Hobart. Dia mengatakan, kecanduan internet tidak berbeda dengan masalah ketergantungan lainnya.

"Kuncinya adalah ketika kebiasaan itu mulai mempengaruhi hubungan personal dan juga pekerjaan, maka Anda akan mulai kehilangan kesempatan lain," kata Dr Davie.

Mengenali gejala kecanduan internet memang terkadang sulit dilakukan, terutama dalam kasus kecanduan pornografi online dan judi di internet yang cenderung dilakukan di ruang pribadi.
 
Dr Davie juga menegaskan orang yang memiliki ketergantungan pada internet juga sering kali memiliki masalah kesehatan mendasar mulai dari obsessive compulsive disorder (OCD), depresi, atau memiliki spectrum autis.
 
"Memang tidak mudah untuk menentukan gangguan yang dialami, terkadang gejalanya samar dengan gangguan psikologis lainnya yang bisa diatasi dengan cukup efektif," katanya.
 
"Jika Anda mengobati gangguan psikologi dan mampu mengelolanya, maka terkadang ketergantungan internet bisa dengan mudah diperbaiki," tutur Dr Davie.
 
Sementara itu ketika ditanya kegiatan online apa saja yang kerap membuat orang kecanduan, Dr Davie mengatakan, penggunaan media sosial tidak terlalu memicu ketergantungan jika dibandingkan dengan permainan game online.

"Permainan online itu awalnya memang gratis, tapi kemudian Anda diminta untuk membayar untuk dapat mencapai ke tingkat selanjutnya di permainan premium mereka. Dan itu merupakan permainan yang sudah pasti tidak mudah berakhir. Permainan itu mendorong Anda untuk terus online agar bisa mencapai ke level tertentu dengan terus memainkan game online tersebut," tegasnya lagi.

Terkadang permainan itu sangat sederhana dengan warna-warna yang mencolok atau tekanan untuk melanjutkan permainan yang dimainkan juga dibangun lewat permainan tim agar membuat orang tetap melanjutkan permainan tersebut.

"Kita tahu manusia itu jaringan otaknya tidak sepenuhnya saling menyambung sampai mereka berusia 25 tahun, sehingga kita tidak mampu membuat penilaian yang lebih tinggi sampai mereka mencapai usia tersebut," kata Dr Davie.

"Adapun jika kecanduan itu terjadi pada mereka yang masih berusia muda, maka saya pikir orang tua memiliki tanggung jawab untuk membatasi jenis game yang mereka mainkan."
 
Namun masalahnya adalah orang tua biasanya memang mencoba untuk mengontrol penggunaan internet atau situs yang dikunjungi anak mereka. Hanya saja sering kali anak-anak tahu lebih banyak tentang internet daripada orang tua mereka.
 
"Orang tua sulit untuk mengatur. Mungkin mereka bisa berhasil mengatur selama beberapa hari, tetapi anak-anak biasanya memiliki cara untuk mendapatkan cara untuk mengakses internet kembali," katanya.
 
Ketergantungan internet juga dapat mengubah otak manusia sama seperti kasus ketergantungan yang lain. Oleh karena itu menurut Dr Davie penangannya bisa jadi juga serupa pendekatannya dengan pengobatan kasus ketergantungan yang lain.

"Cara utama membantu orang mengatasi ketergantungannya pada internet biasanya dengan membawanya ke rumah sakit untuk didetoksifikasi," katanya.

"Orang datang ke rumah sakit dan harus menyerahkan ponsel mereka atau laptop dan perangkat lainnya dan menjalani proses detoksifikasi yang membuat mereka terkadang sangat resah."

Dr Davie menekankan pada sebagian anak muda yang tidak pernah berpisah dengan perangkat canggih berlayar mereka terkadang ini bisa menjadi perubahan yang sangat drastis. (*)

Sumber: ABC