Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Ilmuwan Ingatkan Kepunahan Massal di Bumi Sedang Berlangsung
Oleh : Redaksi
Selasa | 07-10-2014 | 14:37 WIB
SCIENCE.jpg Honda-Batam
Foto: net

BATAMTODAY.COM - ILMUWAN menyatakan, umat manusia sedang berada di tengah-tengah peristiwa kepunahan massal keenam dalam sejarah kehidupan di Bumi. Tim peneliti internasional mengingatkan hal ini dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Science.

Penelitian dilakukan oleh para peneliti dari Stanford University, University of California-Santa Barbara, Sao Paulo State University di Brasil, National Autonomous University of Mexico, Natural Environment Research Council Centre for Ecology and Hydrology in England, dan University College London.

Dalam penelitian tersebut, sepanjang kehidupan di Bumi yang berusia sekitar 3,5 miliar tahun, planet Bumi telah melewati beberapa peristiwa kepunahan massal, ditandai dengan penurunan dramatis dalam keragaman spesies. Tidak seperti kepunahan massal sebelumnya, yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti perubahan iklim alam atau tabrakan asteroid, ancaman kepunahan massal kali ini justru disebabkan secara eksklusif oleh aktivitas satu spesies: manusia!

Dalam penelitian terbaru seperti yang diulas NaturalNews itu, para peneliti mefokuskan pada penurunan berat pada keanekaragaman hewan yang telah terjadi sebagai bagian dari kepunahan massal, yang dijuluki dengan "defaunation Anthropocene", atau penghancuran kehidupan hewan yang terkait dengan era dominasi manusia di planet ini.

Peneliti menemukan bahwa lebih dari 320 spesies vertebrata darat telah punah sejak 1500, dan jumlah spesies yang tersisa terus menurun rata-rata 25 persen. Dari sekian total vertebrata, 16 - 33 persen dari semua spesies terancam atau hampir punah.

Tingkat penurunan yang tertinggi di antara hewan yang lebih besar (megafauna), yang cenderung lebih lambat dalam tumbuh dan berkembang biak dibanding hewan yang lebih kecil, serta perlu wilayah yang lebih luas untuk mempertahankan habitat mereka.

Para peneliti memperingatkan, hilangnya vertebrata besar mungkin memiliki riam dampak ekologi. Sebagai contoh, di daerah Kenya dengan hewan besar seperti zebra, jerapah dan gajah mengalami kepunahan dengan cepat dan populasi tikus mengalami booming. Hal ini juga sejalan dengan peningkatan level penyakit pada manusia.

"Di mana kepadatan manusia yang tinggi, Anda mendapatkan tingkat tinggi defaunation, tingginya insiden tikus, dan tingkat tinggi dari patogen, yang meningkatkan risiko penularan penyakit," kata penulis utamam Rodolfo Dirzo.

"Siapa yang akan berpikir bahwa hanya dengan defaunation akan berdampak terhadap konsekuensi secara dramatis? Tapi itu bisa menjadi lingkaran setan."

Kepunahan massal tidak terbatas pada vertebrata. Para peneliti menemukan bahwa selama 35 tahun terakhir (di mana populasi manusia meningkat dua kali lipat), populasi sebagian besar spesies invertebrata juga menurun 45 persen.

Invertebrata adalah hewan tanpa tulang punggung, kategori yang luas yang mencakup segala sesuatu dari serangga untuk laba-laba dan dari cacing untuk berbagai kehidupan laut.

Layaknya punhanya megafauna, hilangnya invertebrata sangat mengganggu ekosistem sehingga berdampak serius pada kesehatan manusia. Misalnya, 75 persen dari tanaman pangan dunia yang diserbuki oleh serangga. Invertebrata juga menyediakan fungsi ekosistem kunci seperti dekomposisi dan siklus hara.

"Kita cenderung berpikir tentang kepunahan sebagai hilangnya spesies dari muka bumi, dan itu sangat penting. Tapi ada kerugian ekosistem penting yang berfungsi di mana hewan memainkan peran sentral bahwa kita perlu memperhatikan (mereka) juga," Dirzo kata.

"Ironisnya, kita telah lama menganggap bahwa defaunation adalah fenomena tersamar. Tapi saya pikir kita akan berakhir dengan situasi yang jelas karena konsekuensi semakin jelas bagi planet ini dan kesejahteraan manusia," imbuhnya.

Berdasarkan temuan peneliti, kepunahan dari kedua vertebrata dan invertebrata juga disebabkan oleh kerusakan habitat dan gangguan iklim. (*)

Editor: Roelan