Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Sumur Bor Pasar Baru Tanjunguban Sudah Bertahun-tahun Tak Digunakan
Oleh : Harjo
Senin | 06-10-2014 | 15:42 WIB
sumur bor pasar baru tanjunguban.jpg Honda-Batam
Sumur bor di Pasar Baru Tanjunguban Selatan yang mangkrak bertahun-tahun karena airnya berlumpur dan berasa asin. (Foto: Harjo/BATAMTODAY.COM)

BATAMTODAY.COM, Tanjunguban - Proyek sumur bor di Pasar Baru, Kelurahan Tanjungguban Selatan, Kecamatan Bintan Utara senilai Rp3 miliar yang diremikan Bupati Bintan, Ansar Ahmad, tahun 2009 lalu, mangkrak dua bulan kemudian.

"Sejak diresmikan oleh Pak Bupati, sumur bor yang dibangun untuk mendukung aktivitas sumber air bersih itu hanya dimanfaatkan sekitar dua bulan. Setelah itu sudah diabaikan karena kualitas air yang disedot dari sumur tersebut tak sesuai dengan harapan. Jadi, tak mungkin dimanfaatkan," kata Izul, salah seorang pedagang di Pasarbaru Tanjunguban, kepada BATAMTODAY.COM, Senin (6/10/2014).

Dia menjelaskan, air dari sumur bor tersebut bercampur lumpur dan berasa asin. "Dipakai untuk cuci muka pun mata perih. Dipakai untuk ke WC para warga lebih takut terkena penyekit kulit. Makanya sejak itu sumur bor itu hanya terbengkai ," tambahnya.

Sri Eriyanti pedagang lainnya juga membenarkan jika sumur bor tersebut memang hanya bisa dimanfaatkan oleh para pedagang sekitar satu atau dua bulan saja. Setelah mengetahui kualitas airnya, semua menolak untuk memanfaatkannya, sehingga sampai saat ini justru para pedagang harus membeli air bersih untuk kebutuahan di pasar.

"Karena kualitas air tidak mungkin dimanfaatkan, maka setiap hari para pedagang harus membeli air dari penjual yang mengunakan tangki. Kita tidak mengetahui, apakah dengan adanya pembangunan tahap dua ini apakah ada fasilitas air turut dianggarkan oleh pemerintah," ujarnya.

Menurutnya, jika nantinya tidak ada fasilitas air bersih di pasar, kemungkinan para pedagang akan tetap kesulitan dan bisa jadi gedung pasar yang megah dan sudah dibangun untuk kedua kalinya juga tidak akan dimanfaatkan oleh pedagang.

"Pembangunan gedung untuk jualan para pedagang ini untuk kedua kalinya dibangun. Tapi kalau fasilitasnya tidak memadai, maka apa yang terjadi saat pembangunan pertama akan terulang kembali atau akan tetap menjadi bangunan yang mubazir," terangnya.

Tidak hanya itu menurut Sri, sudah yang kedua kalinya pembangunan Pasar Baru dilaksanakan dan saat ini pembangunan untuk kedua. Sangat disayangkan, proyek pembangunan hanya berlalu begitu saja, tanpa ada kordinasi dengan para pedagang agar nantinya bangunan tersebut bisa benar-benar dimanfaatkan oleh para pedagang.  (*)

Editor: Roelan