Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pemkab Bintan Dinilai Kurang Peduli Perkembangan Dunia Seni
Oleh : Harjo
Jum'at | 03-10-2014 | 13:45 WIB
reog bintan.jpg Honda-Batam
Seni reog yang berkembang di Bintan tanpa dukungan pemerintah.

BATAMTODAY.COM, Tanjunguban - Pemerintah Kabupaten Bintan dinilai kurang peduli terhadap perkembangan dunia seni yang akan berkembang di daerah tersebut. Sehingga kegiatan yang seharusnya mendapatkan dukungan dari pemerintah untuk melestarikan seni dan budaya justru terabaikan. Bahkan, sejumlah sanggar seni yang justru sudah secara legal berdiri akan pelan-pelan mati suri.


Sorotan kurangnya perhatian Pemkaba Bintan terhadap perkembangan dunia seni, disampaikan pimpinan Sanggar Seni Reog Singo Kumboro Manunggal (SKM) Desa Teluksasah, Kabupaten Bintan, Selamet, kepada BATAMTODAY.COM di Tanjunguban, Jumat (3/10/2014). 

"Kita sudah berdiri hampir empat tahun, dengan misi untuk melestasikan seni dan budaya asli Indonesia yang dipadu dengan seni dan budaya yang ada daerah ini. Sangat disayangkan di saat membutuhkan dukungan pemerintah, justru masing-masing dinas terkiat saling lempar tanggun jawab dengan dalih tidak miliki anggaran," ungkap Selamet.

Selamat menjelaskan, seluruh administrasi agar sanggar seni yang dibinanya dinyatakan legal sudah dipenuhi. Tetapi di saat sanggar ini akan membawa nama besar daerah Bintan ke ajang Nasional, justru sama sekali tidak mendapatkan dukungan dari Pemkab Bintan.

Padahal, kedatangannya untuk memperoleh bantuan kepada Pemkab Bintan, tidak lain setelah mendapatkan undangan untuk menghadiri Festival Nasional Reog 2014 di Ponorogo.

"Jangankan mendapatkan dukungan dana, secara moral pun tidak di dapat, karena saat mencoba datang ke Dinas Pariwisata, Dinas Sosial serta Sekda Bintan, terkesan upaya untuk membawa dan mengenalkan Bintan ke dunia luar justru mendapatkan cibiran dan justru buat seperti bola pimpong," imbuhnya. 

Selamet mengatakan, awalnya tidak menyangka kalau informasi untuk mendapatkan dukungan dari Pemkab Bintan sangat sulit, sekali pun untuk melestarikan dan membawa seni dan budaya atas nama daerah ini.

Tetapi setelah mengalami sendiri, justru apa yang disampaikan oleh masyarakat luas ternyata banyak benarnya, sehingga sangat wajar sebagian warga Bintan banyak yang antipati, kecuali yang masih dalam lingkaran keluarga atau yang dianggap sudah berbuat untuk para pejabat di daerha ini.

"Kita memang sudah sangat sering mendengarkan baik atlet atau bentuk kegiatan lain, yang berhasil mengukirkan prestasinya dan membawa nama besar daerahnya,  memang selalu mengunakan aggaran pribadi. Artinya walau pun berjuang sendiri dan berhasil membawa harum nama daerah, memang tidak pernah di hargai apa lagi untuk di dukung," tegasnya. 

Hal yang sama disampaikan oleh tokoh masyarakat Bintan Utara, Sahat Simanjuntak. Secara kasat mata, katanya, memang para pejabat di daerah ini sangat doyan untuk mengikuti kegiatan serimonial sehingga terkesan selalu mendukung kegiatan masyarakat.

Namun sangat disayangkan, hal tersebut justru dilakukan hanya dalam momen tertentu saja, seperti apabila ada ajang pemilu dan yang yang justru mengarah kepada pencitraan semata.

"Justru yang menjadi kebiasan para pejabat di daerah ini, selalu memberikan bantuan kepada masyarakatnya dan tidak heran yang diartikan masyarakat itu adalah bantuan dari pribadi para pejabat. Padahal tanpa disadari apa yang disumbangkan adalah bersumber dari uang rakyat dari ABD atau sumber lainnya. Walaupun akhir-akhir ini sudah mulai berkurang," katanya. 

Sahat menambahkan, sehingga tidak heran kalau masyarakat yang tidak memahami hal tersebut, tanpa disadari sudah di 'ninabobokan', sementara masyarakat yang paham hanya bisa diam dan tidak bisa berbuat apa-apa, karena hanya bisa menonton.

Karena kalau pun mengetahui masayrakat bingung mau melaporkan hal itu kepada siapa. Sayangnya hal itu terus menerus terjadi dan kesannya sudah menjadi budaya dan kebiasan di daerah ini.

"Semoga ke depan para pejabat daerah ini bisa menyadari kalau apa yang sudah dilakukan tidak selalu menbuat masyarakat senang, dan justru menjadi sebuah perolokan di tengah masyarakat atas ketidakadilan yang terjadi di balik keberpura-paraan menanamkan kabaikan kepada masyarakat," paparnya.

Editor: Redaksi