Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pancasila di Perbatasan
Oleh : Saibansah Dardani
Jum'at | 03-10-2014 | 07:59 WIB

Berulang kali Pancasila diuji zaman. Sampai hari ini pun masih aman. Pertanyaannya, apakah doktrin Pancasila masih tetap sakti menghadapi "ranjau" sejarah reformasi? 

1 OKTOBER. Ketika penulis masih duduk di bangku sekolah dulu, pada medio tahun 80 s/d 90 an, sangat terasa aura kesaktian Pancasila itu. Pemerintah begitu concern mengingatkan rakyat Indonesia mengenai kesaktian doktrin Pancasila. Juga, berbagai catatan sejarah kelam yang mencoba menghantamnya. Tapi, hari ini, 1 Oktober 2014, seolah berlalu begitu saja. Hanya sebagian kecil saja anak bangsa ini yang belum lupa dengan hari kesaktian Pancasila itu.

1 Oktober 2014. Tak ada tagar atau hashtag di twitter yang menjadi tranding topic soal Pancasila. Apalagi, tagar yang menandingi tagar berisi kritik, cacian bahkan penghinaan tiada tara kepada Presiden SBY yang masih berkuasa. Tak ada pemutaran film dokumenter yang menggambarkan catatan sejarah kelam perjalanan republik ini. Untungnya, masih ada elemen bangsa ini yang masih concern memperingati Hari Kesaktian Pancasila itu. Elemen yang patriotismenya tak perlu diragukan lagi itu adalah TNI. 

Sejarah mencatat, TNI adalah garda terdepan yang mengamankan doktrin-doktrin falsafah hidup bangsa Indonesia itu. TNI pulalah yang sumpah setianya kepada Pancasila bagai batu karang kokoh di lautan. Masalahnya adalah, jika nilai-nilai Pancasila semakin tergerus di tengah-tengah masyarakat. Siapa yang bisa menjamin Pancasila masih akan tetap sakti, pada satu atau dua dasawarsa ke depan? 
Jawabnya, tak ada! Tak ada, memang, yang bisa menjamin Pancasila akan terus sakti sepanjang masa. Meski Pancasila sejatinya adalah doktrin yang diserap oleh para pendiri bangsa dari jati diri bangsa Indonesia. Kalau pemerintah, para sesepuh dan para tokoh panutan anak bangsa ini tidak lagi merawat Pancasila. Mewariskan doktrin-doktrinya tetap mengalir dalam darah generasi muda penerus bangsa ini. Apalagi, pada diri anak-anak muda kita di perbatasan. Memang ada apa dengan Pancasila di perbatasan?

Secara kasat mata, memang tidak ada yang istimewa dengan Pancasila di perbatasan. Jika dibandingkan dengan Pancasila di bentangan pulau-pulau lain nusantara ini. Hanya saja, dari sisi ancaman tergerusnya nilai-nilai, generasi muda di perbatasan Kepri lebih rawan. Mereka hidup berinteraksi langsung dengan benturan nilai-nilai dari negara tetangga. Arus gelombang gaya hidup dari seberang pun sudah menjadi bagian kehidupan mereka. Nah, di tengah kondisi itu, sebaliknya, Pancasila justru semakin asing bagi generasi muda perbatasan. Entah, apakah mereka masih bisa menghafal dan merapal sila demi sila dalam Pancasila itu. Miris. 

1 Oktober 2014. Memang, masih ada sebagian dari elemen anak bangsa di perbatasan yang tetap concern dengan Hari Kesaktian Pancasila. Seperti dilakukan oleh Wali Kota Tanjungpinang Lis Darmansyah dan beberapa pejabat lain di Kepri. Tapi "aura" peringatan kesaktiannya tidak "nendang" seperti dulu lagi. Apakah ini pertanda bahwa kesaktian Pancasila semakin luntur di tengah hiruk pikuk kegaduhan politik republik ini?

Apalagi, sejumlah langkah taktis untuk menggerus nilai-nilai Pancasila telah berlangsung di tengah-tengah masyarakat. Bahkan, ada langkah sistematis yang mencoba menggeser pemahaman generasi muda mengenai Pancasila yang justru dibiayai oleh negara. Yaitu, sosialisasi empat pilar yang menempatkan Pancasila menjadi salah satu pilar bangsa. Padahal, sejak dilahirkan oleh para pendiri bangsa, Pancasila itu adalah dasar negara, bukan pilar negara. 

Beruntung, -- sekali lagi Pancasla membuktikan kesaktiannya -- masih ada generasi muda yang peduli dengan Pancasila. Lalu mereka menggugat di Mahkamah Konstitusi (MK) soal langkah degradasi menempatkan Pancasila sebagai pilar. Dan MK pun mengabulan gugatan mereka, lalu mengembalikan Pancasila tetap sebagai dasar, pondasi dan sumber dari segala sumber hukum di Indonesia. 

Tapi, di perbatasan, sekali lagi, siapa yang bisa menjamin Pancasila masih akan sakti pada satu atau dua dasawarsa mendatang? Biarlah waktu yang akan menjawabnya. *

Saibansah Dardani, Redaktur Senior BATAMTODAY.COM dan Sekretaris PWI Kepri