Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

PT Petra Niaga Batam, Pemasok BBM ke KIB Lobam dan Lagoi
Oleh : Harjo
Sabtu | 27-09-2014 | 15:41 WIB
Guntur Mewengkang Kepala pertaina Tanjunguban.JPG Honda-Batam
Guntur Mawengkang.

BATAMTODAY.COM, Tanjunguban - Operation Head (OH) Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Pertamina Tanjunguban, Guntur Mawengkang, menegaskan, suplai BBM jenis minyak hitam ke kawasan industri Bintan (KIB) di Lobam dan kawasan pariwisata Lagoi tidak dilakukan secara langsung dari Pertamina, melainkan oleh anak perusahaannya, PT Patra Niaga Batam.

Menurutnya, BBM yang disuplai langsung dari Pertamina akan melewati uji kualitas. "Di Pertamina Tanjunguban memiliki laboratorium sendiri sebagai tempat cek kualitas BBM yang akan disuplai ke tempat lain. Tetapi kalau memang tidak sesuai standar, maka BBM tersebut tidak akan dikirim. Sejauh ini untuk KIB Lobam dan Lagoi memang Pertamina Tanjunguban tidak melayaninya secara langsung, walau pun BBM tersebut memang ada di Pertamina Tanjunguban," kata Guntur, kepada BATAMTODAY.COM, Sabtu (27/9/2014).

Penegasan ini disampaikan Guntur menanggapi keluhan pihak KIB Lobam mengenai pasokan BBM minyak hitam yang semakin tak berkualitas sehingga menyebabkan kerusakan pada mesin pembangkit yang digunakan di sana.

Dijelaskan Guntur, masalah suplai BBM ke dua kawasan tersebut bisa jadi tidak secara langsung dari Pertamina Tanjunguban atau yang menyuplai BBM dari tempat lain. "Coba cek Pertamina yang berada di Batam atau perusahaan yang memang bermitra dengan Pertamina seperti PT Patra Niaga Batam atau Pertamina Batam. Bisa jadi mereka yang menyuplai," tambahnya.

Sementara itu, Abdul Wahab, salahseorang karyawan PT Bintan Inti Industrial Estate (BIIE) Lobam, menegaskan, penyuplai BBM jenis minyak hitam ke KIB Lobam sampai sejauh ini masih dilakukan oleh PT Patra Niaga, anak perusahaan Pertamina. Dia mengakui, akhir-akhir ini kualitas BBM yang disuplai jauh menurun dari biasanya sehingga setiap hari pekerja harus mengganti filter mesin, sementara pergantian filter itu juga mengganggu produksi karena mesin tidak bisa dioperasikan.

"Sudah hampir satu tahun setiap hari kami harus mengganti filter akibat kualitas BBM yang tidak standar. Itu baru filter, belum ditambah kerusakan bagian mesin lainnya. Karena akibat buruknya kualitas BBM selain merusak mesin, juga telah menghambat produksi dan suplai listrik ke perusahaan yang beroperasi di Lobam," katanya.

Dijelaskan, Abdul Wahab, sejak di suplainya BBM tidak standar oleh Patra Niaga Batam, hampir setiap hari KIB Lobam selalu mengalami gangguan mesin yang secara otomatis ada pemadaman listrik di kawasan. Sebaliknya pihak perusahaan tidak mau tahu adanya gangguan akibat BBM.

Yang lebih parah, katanya, permasalahan tersebut disampaikan kepada penyuplai dan tidak pernah ditanggapi secara serius.

Sementara itu, General Maneger (GM) PT Patra Niaga Batam, Abdul Aria, yang coba dikonfirmasi terpisah terkiat dugaan buruknya kualitas BBM jenis minyak hitam yang disuplai ke KIB Lobam dan Lagoi, belum memberikan jawaban secara resmi.

Diberitakan sebelumnya, Pertamina Tanjunguban diduga menjual bahan bakar minyak (BBM) jenis minyak hitam tidak sesuai dengan yang dipesan pengelola kawasan Industri Bintan (KIB) Lobam dan kawasan Pariwisata Lagoi (KPL) Bintan. Sejak setahun terakhir, pembangkit listrik di dua kawasan ini yang mengunakan minyak hitam sering mengalami kerusakan secara mendadak.

"Kami sudah bertahun-tahun menggunakan minyak hitam untuk pembangkit listrik di KIB Lobam dan Lagoi. Tapi satu tahun terakhir kualitasnya sangat buruk. Bahkan kadar minyak yang bisa dimanfaatkan hanya sekitar 30 persen, sisanya tidak bisa dimanfaatkan yang justru membuat mesin pembangkit sering rusak," kata Jamin Hidajat, Ketua Apindo Bintan, di Lobam, Jumat (26/9/2014).

Menurut Jamin, listrik di kawasan Lobam yang sering disebabkan buruknya kualitas minyak yang disuplai dari Pertamina Tanjunguban. Sekitar 70 persen dari BBM yang disuplai Pertamina merupakan limbah berbentuk gelondongan.

Akibatnya, filter pengolahan pembangkit milik PT Bintan Inti Industrial Estate (BIIE) tidak mampu mengolahnya lagi dan kian cepat rusak sehingga suplai listrik di dalam kawasan untuk perusahaan yang beroperasi makin sering tergangggu.

"Bisa dibayangkan, dalam satu bulan kita memakai sekitar 2 juta liter BBM jenis minyak hitam untuk Lobam dan Lagoi sekitar satu juta liter per bulannya. Kalau hanya bisa dimanfaatkan 30 persen saja, jelas hal ini sangat berdampak buruk serta merugikan pengelola kawasan, sementara biaya untuk perbaikan atau pergantian filter mencapai 600.000 dolar Singapura," katanya kesal.

Jamin mengatakan, keluhan itu sudah disampaikan ke pihak Pertamina. Namun belum ada respon dan kualitas minyak yang disuplai semakin buruk.

"Pengelola beralih mengunakan BBM dari solar ke BBM minyak hitam untuk mengurangi pengeluaran. Tetapi saat ini yang bermasalah justru kualitas BBM yang disuplai. Kerugian yang dialami oleh pengelola malah semakin besar akibat terganggunya aktivitas produksi sejumlah perusahaan," katanya. (*)

Editor: Roelan