Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pertamina Tanjunguban Diduga Jual BBM Tak Standar
Oleh : Harjo
Jum'at | 26-09-2014 | 14:56 WIB
jamin_hidajat.JPG Honda-Batam
Jamin Hidajat.

BATAMTODAY.COM, Tanjunguban - Pertamina Tanjunguban diduga menjual bahan bakar minyak (BBM) jenis minyak hitam tidak sesuai dengan yang dipesan pengelola kawasan Industri Bintan (KIB) Lobam dan kawasan Pariwisata Lagoi (KPL) Bintan. Sejak setahun terakhir, pembangkit listrik di dua kawasan ini yang mengunakan minyak hitam sering mengalami kerusakan secara mendadak.

"Kami sudah bertahun-tahun menggunakan minyak hitam untuk pembangkit listrik di KIB Lobam dan Lagoi. Tapi satu tahun terakhir kualitasnya sangat buruk. Bahkan kadar minyak yang bisa dimanfaatkan hanya sekitar 30 persen, sisanya tidak bisa dimanfaatkan yang justru membuat mesin pembangkit sering rusak," kata Jamin Hidajat, Ketua Apindo Bintan, kepada BATAMTODAY.COM di Lobam, Jumat (26/9/2014).

Menurut Jamin, listrik di kawasan Lobam yang sering disebabkan buruknya kualitas minyak yang disuplai dari Pertamina Tanjunguban. Sekitar 70 persen dari BBM yang disuplai Pertamina merupakan limbah berbentuk gelondongan.

Akibatnya, filter pengolahan pembangkit milik PT Bintan Inti Industrial Estate (BIIE) tidak mampu mengolahnya lagi dan kian cepat rusak sehingga suplai listrik di dalam kawasan untuk perusahaan yang beroperasi makin sering tergangggu.

"Bisa dibayangkan, dalam satu bulan kita memakai sekitar 2 juta liter BBM jenis minyak hitam untuk Lobam dan Lagoi sekitar satu juta liter per bulannya. Kalau hanya bisa dimanfaatkan 30 persen saja, jelas hal ini sangat berdampak buruk serta merugikan pengelola kawasan, sementara biaya untuk perbaikan atau pergantian filter mencapai 600.000 dolar Singapura," katanya kesal.

Jamin mengatakan, keluhan itu sudah disampaikan ke pihak Pertamina. Namun belum ada respon dan kualitas minyak yang disuplai semakin buruk.

"Pengelola beralih mengunakan BBM dari solar ke BBM minyak hitam untuk mengurangi pengeluaran. Tetapi saat ini yang bermasalah justru kualitas BBM yang disuplai. Kerugian yang dialami oleh pengelola malah semakin besar akibat terganggunya aktivitas produksi sejumlah perusahaan," katanya. (*)

Editor: Roelan