Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Para Smuggler dari Belakangpadang
Oleh : Saibansah Dardani
Jum'at | 12-09-2014 | 08:56 WIB
belakangpadang.jpg Honda-Batam
Kawasan pulau Belakangpadang.

Roh Pulau Belakangpadang terus berdenyut, tak pernah henti. Terus hidup dan melahirkan generasi tangguh di tengah laut. Turun temurun dari dahulu kala.

PADA hari-hari ini, para pembaca media cetak, para penyimak media online, para pemirsa televisi, para penegak hukum berbaju coklat, para serdadu berbaju putih dan para "mata-telinga" terus menerus disuguhi sebuah buku kehidupan. Ya, buku kehidupan seorang Abob. Sungguh, sebuah buku kehidupan yang menarik disimak. Dan, membaca buku kehidupan Abob itu tak dapat dipisahkan dengan Pulau Belakangpadang. 

Abob adalah Achmad Mahbub, generasi tangguh yang lahir dari "rahim" Belakangpadang. Namanya tidak hanya menghiasi media cetak berbahasa Indonesia di negerinya sendiri. Tapi juga menghiasi halaman media cetak berbahasa asing. Media online berbahasa Inggris. Setiap hari, nama Abob disebut. Di koran, di majalah, di televisi, di kedai kopi, di kantor polisi, di kantor pemerintah, di kantor bea cukai, dan belakangan ini di ruang-ruang kantor DPRD Kota Batam, juga kantor Samsat Provinsi Kepri. 

Di belakang nama Abob, muncul nama-nama lain. Ada nama Yusri, karyawan PT Pertamina Region I Tanjung Uban Bintan, ada nama Du Nun alias Aguan alias Anun dan Arifin Ahmad, seorang pegawai lepas harian TNI Angkatan Laut, ada nama Niwen Khairiyah, seorang PNS Pemko Batam, adik kandung yang paling dipercaya Abob menjadi pemegang kunci brankas pundi-pundinya. 

Penulis tidak akan membahas apa yang mereka lakukan di balik terali besi Bareskrim Mabes Polri saat ini. Tapi, ingin mengajak pembaca kembali menyimak buku kehidupan seorang Abob. Jika bukan generasi tangguh, takkanlah nama Abob disebut-bahas seperti ini. Pengusaha muda yang dermawan ini, menghidupi ribuan orang. Menyenangan hati para anak yatim dan ustadz, selain keluarganya sendiri. Tentu saja Abob juga menyenangkan kawan-kawannya dari berbagai macam seragam formal dan informal. Semuanya ikut menikmati berkah dari sosok anak yang lahir dari Pulau Belakangpadang. Abob telah menjelma menjadi "rahmatan lil alamin" bagi orang-orang di sekitarnya.

Sesungguhnya, Belakangpadang sudah melahirkan ribuan Abob sejak dahulu kala. Sembilan tahun lalu, September 2005, "Abob" lain dari Pulau Belakangpadang juga menjadi buah bibir di mana-mana. Ketika itu, "Abob" yang disebut-bahas itu bernama Terek Adenan. Sama dengan Abob, Terek Adenan baru bisa ditangkap oleh tim khusus dari Mabes Polri. Bersama Terek, juga ada nama-nama lain yang menyertainya. Ada nama Nono Asmanu, Kepala Unit Pemasaran Pertamina Batam, Franky, Ate dan belasan nama lain. Semuanya bersama-sama Terek, "check-in" di hotel prodeo gratis di kantor Polisi. 

Seperti para generasi tangguh yang lahir dari rahimnya. Belakangpadang pun tidak sendiri, dia dikelilingi oleh 55 pulau-pulau kecil. Pulau Belakang Padang, Pulau Sambu, Pulau Dendang, Pulau Lengkana, Pulau Meriam, Pulau Tolop, Pulau Suwe, Pulau Air Manis, Pulau Jagung, Pulau Sekilak, Pulau Leroi, Pulau Layang Besar, Pulau Tapung, Pulau Suba, Pulau Nirup, Pulau Mercan Besar, Pulau Sarang, Pulau Semakau, Pulau Serapat, Pulau Negeri, Pulau Penyalang, Pulau Bertam, Pulau Lingke, Pulau Padi, Pulau Bakau, Pulau Pemping, Pulau Labum Besar, Pulau Labum Kecil, Pulau Kasu, Pulau Batu Ampar, Pulau Lumba, Pulau Sei Cudung, Pulau Pelangi, Pulau Ketapah, Pulau Katung, Pulau Buntung, Pulau Tandut, Pulau Panjang, Pulau Sali, Pulau Kepala Jeri, Pulau Ladang, Pulau Pecung, Pulau Dandan, Pulau Cumin, Pulau Semukir, Pulau Santo, Pulau Bayan, Pulau Paloi Kecil, Pulau Paloi Besar, Pulau Terong, Pulau Teluk Bakau, Pulau Telan, Pulau Ketumbar, Pulau Kepala Gading dan Pulau Geranting.

Gugusan pulau-pulau yang tawaf di seputar Belakangpadang itu adalah medan yang mengajarkan segalanya. Mengayuh dayung dari satu pulau ke pulau lain, mengajarkan banyak hal. Membuka cakrawala anak-anak Belakangpadang akan luas langit dan dalamnya laut. Mengajarkan mereka akan kerasnya hidup. Tapi membuat mereka semakin akrab dengan debur ombak dan kencang angin. Lalu, menempanya menjadi sosok tangguh mengarungi lautan kehidupan. Begitulah para generasi tangguh itu lahir dari "rahim" Belakangpadang.

Ya, kehidupan yang mengantarkan "para Abob" menjadi bintang. Bintang yang akan tetap tinggi, meski tertutup awan kelam. *

Saibansah Dardani, Redaktur Senior BATAMTODAY.COM dan Sekretaris PWI Kepri