Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Keluarga Korban MH17 Memburu Keadilan
Oleh : Redaksi
Kamis | 11-09-2014 | 13:02 WIB
korban_mh17_returers.jpg Honda-Batam
Lee Vee Weng membawa jenazah putranya yang berusia setahun, Benjamin Lee Jian Han. Ia meninggal dalam insiden MH17. (Foto: Reuters)

BATAMTODAY.COM, Kuala Lumpur - Keluarga korban insiden pesawat MH17 pada Selasa (9/9/2014) kemarin meminta pelaku lekas diidentifikasi dan diseret ke pengadilan. Permohonan itu tersampaikan sesudah laporan awal investigasi menyebutkan pesawat Malaysia Airlines itu jatuh setelah dihantam objek dari luar.

Laporan Badan Keselamatan Belanda mengungkap sejumlah "objek berenergi tinggi" menabrak pesawat MH17 kala terbang di atas timur Ukraina. Saat itu pada 17 Juli, MH17 terbang di atas area berkonflik. Pesawat lepas landas dari Amsterdam menuju Kuala Lumpur. Keseluruhan 298 penumpang dan awak meninggal.

Laporan itu merupakan publikasi resmi pertama terkait penyebab insiden. Penyelidik belum secara resmi menetapkan pelaku atau objek apa yang sebenarnya membuat jatuh pesawat.

Amerika Serikat (AS) dan Ukraina menuding pemberontak pro-Rusia menembak jatuh MH17. Dikatakan, pemberontak pro-Rusia menyerang MH17 menggunakan rudal antipesawat. Baik Rusia maupun pemberontak menyangkal dugaan tersebut.

Jijar Singh Sandhu, ayah dari Sanjid, pramugara MH17, mengaku "sangat marah lantaran laporan tak mengungkap kubu yang bertanggung jawab dalam pembunuhan berdarah dingin ini".

"Saya meminta pemerintah Malaysia menemukan dan mengadili siapa pun yang bertanggung jawab (dalam insiden)," papar Jijar. "Saya menginginkan keadilan dan kompensasi. Cucu saya Hans berusia 10 tahun. Ia mesti tahu apa yang telah terjadi, bagaimana ini terjadi, dan siapa yang bertanggung jawab."

Penyelidik Belanda memimpin investigasi, yang terdiri atas perwakilan dari AS, Inggris, Malaysia dan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional. Laporan akhir yang terperinci diperkirakan selesai tahun depan.

Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak, menyatakan, "Laporan mengarah pada dugaan kuat bahwa peluru kendali darat ke udara menembak jatuh MH17. Namun, kami butuh penyelidikan lebih lanjut demi memastikan ini."

Dalam pernyataannya, Najib mengingatkan pentingnya memberikan akses penuh bagi penyelidik ke lokasi jatuhnya pesawat. Dengan begitu, mereka dapat cepat menuntaskan investigasi. Pertempuran antara pemberontak pro-Rusia dan pasukan pemerintah Ukraina membatasi area kerja penyelidik.

Gencatan senjata sudah diberlakukan. Tetap saja, masing-masing kubu saling tuding pelanggaran masing-masing. Jika berlanjut, kondisi tampaknya akan lebih lama menjauhkan penyelidik dari lokasi insiden.

"Kami tak keberatan memberikan lebih banyak waktu bagi penyelidik untuk memerinci laporan. Juga, mengidentifikasi kubu yang bertanggung jawab," ucap Madzalina Ghazalee. Saudarinya, Ariza Ghazalee, dan keluarga meninggal dalam penerbangan MH17. Mereka bermaksud pulang sesudah tiga tahun tinggal di luar negeri.

Penerbangan MH17 tercatat berpenumpang 193 warga Belanda dan 43 orang Malaysia. Sisanya dari Australia, Belgia, Kanada, Jerman, Indonesia, Selandia Baru, Inggris, dan Filipina. (*)

Sumber: WSJ