Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pers Berperan Penting Jaga Kerukunan Masyarakat
Oleh : Gokli
Rabu | 10-09-2014 | 08:48 WIB
fgd_pwi_upb.jpg Honda-Batam
Focus Group Discussion (FGD) PWI Kepri bersama dengan Universtias Putra Batam (UPB) di Auditorium UPB.

BATAMTODAY.COM, Batam - Pers memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga kerukunan, persatuan, tolerasi, dan persaudaraan. Jika pers menyajikan informasi yang tidak mempertimbangkan dampak dari pemberitaan, tentu akan sangat berdampak munculnya konflik dalam Kehidupan Masyarakat Multikulturalisme.

Hal itu dipaparkan Sekretaris Dewan Kehormatan (DK) Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kepri, Richard Nainggolan saat menjadi pembicara dalam Focus Group Discussion (FGD) PWI Kepri bersama dengan Universtias Putra Batam (UPB) di Auditorium UPB, kemarin, Selasa (9/9/2014). 

"Pembatasan peran pers tentu tidak cukup dibatasi oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga harus diperkuat oleh editorial policy lembaga media yang ada di Batam," ujar Richard Nainggolan.

Selain itu FGD kali ini jug menghadirkan dua orang pembicara lagi, yaitu KH. Didi Suryadi mewakili kalangan tokoh masyarakat dan tokoh agama Batam yang menyampaikan makalah berjudul : "Memelihara Masyarakat Multikulturalisme di Batam", dan Melisa Anggraini, SH, MH Dosen Universitas Putera Batam.

Diskusi yang dihadiri oleh kalangan mahasiswa, dosen, paguyuban etnis, Organisasi Kepemudaan, Organisasi Keagamaan dan kalangan pers itu dibuka oleh Rektor UPB,  Nur Elfi Husada. Saat membuka FGD, Rektor UPB itu mengatakan, Pihak kampus sangat bersyukur karena PWI Kepri bersedia menjalin kerjasama dengan UPB.  
"Karena kebetulan kami memiliki program pendidikan jurnalistik, semoga berkat bimbingan teman-teman PWI Kepri ini bisa mengantarkan mahasiwa kita menjadi wartawan professional," papar Nur Elfi.

Sementara itu, KH. Didi Suryadi mengungkapkan, kebergaman adalah anugerah yang bersifat kodrati. Ia adalah sebuah keniscayaan yang absolut dan pasti akan terjadi dalam kehidupan, dan itulah sunnatullah.

"Realitas kemajemukan dalam kehidupan masyarakat ini dapat dianalogikan sebagai sebuah orkestra yang memiliki berbagai alat musik dengan masing-masing bunyi . Kalau semua alat musik itu ditata menurut prinsip-prinsip ilmu harmoni, maka keberagaman itu akan menghasilkan sebuah komposisi musik yang utuh, indah dan enak didengar," papar tokoh masyarakat mantan Anggota DPRD Kota Batam itu.

Dari kalangan akademik, Mellisa Anggraini, SH. MH memaparkan, untuk membangun bangsa ke depan diperlukan upaya untuk menjalankan asas gerakan multikulturalisme menjadi sebuah ideologi yang dianggap mampu menyelesaikan berbagai masalah, sebagai berikut : Pertama, manusia tumbuh dan besar pada hubungan sosial di dalam sebuah tatanan tertentu, dimana sistem nilai di terapkan dalam berbagai simbol-simbol budaya dan ungkapan-ungkapan bangsa. Kedua, keanekaragaman budaya menunjukkan adanya visi dan sistem dari masing-masing kebudayaan sehingga budaya satu memerlukan budaya lain.

Dengan mempelajari kebudayaan lain, maka akan memperluas cakrawala pemahaman akan makna multikulturalisme Ketiga, setiap kebudayaan secara internal adalah majemuk sehingga dialog berkelanjutan sangat diperlukan sebagai modal terciptanya semangat persatuan dan kesatuan. 

"Dalam masyarakat multikultural seperti Indonesia, paradigma hubungan dialogal atau pemahaman timbal balik sangat dibutuhkan, untuk mengatasi akses-akses negatif dari suatu problem disintegrasi bangsa," tutur dosen muda bidang hukum itu. 

Editor: Dodo