Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Reklamasi Pantai Rusak Hutan Bakau di Tanjunguncang
Oleh : Redaksi
Selasa | 09-09-2014 | 11:39 WIB
reklamasi uncang.jpg Honda-Batam
Reklamasi pantai di Tanjunguncang, tepatnya di sekitar lokasi PT Bok Seng telah merusak belasan hektar hutar bakau.

BATAMTODAY.COM, Batam - Reklamasi pantai di Tanjunguncang, tepatnya di sekitar lokasi PT Bok Seng telah merusak belasan hektar hutar bakau di daerah tersebut. Bahkan, hutan bakau yang dulunya lebat di bibir pantai daerah itu hampir rata dengan tanah timbunan.

Informasi yang diperoleh, reklamasi pantai yang dilakukan beberapa orang pengusaha, salah satunya disebut bernama Ayong, untuk mendirikan perusahaan galangan lapal. Tanah yang digunakan untuk menimbun pantai itu diambil dari perbukitan tak jauh dari lokasi.

Beberapa warga di lokasi berpendapat reklamasi pantai itu sama sekali tak memberikan dampak baik bagi mereka. Selain merusak hutan bakau, pemukiman warga kerap diselimuti debu, akibat tumpahan tanah yang berserak di jalan dari puluhan truk yang lalu lalang.

"Kami tak tahu penimbunan pantai itu resmi atau tidak. Kabarnya akan dibangun perusahaan shipyard. Dampak buruk bagi warga, saban hari menghirup debu karena bekas tumpahan tanah di jalan sangat jarang dibersihkan," kata Ahmad, salah satu warga, Selasa (9/9/2014) siang.

Ia pun berharap, pemerintah dapat mengambil tindakan tegas akibat rusaknya hutan bakau di daerah tersebut. Pasalnya, kata dia Pemerintah selalu menyerukan untuk melestarikan hutan bakau, tapi faktanya pihak yang merusak hutan bakau dibiarkan begitu saja.

"Kalau memang ada izin yang diberikan Pemerintah, harusnya ada lokasi pengganti untuk hutan bakau. Masyarakat juga perlu dapat sosialisasi," kata dia.

Sebelumnya, permasalahan debu yang saat ini dikeluhkan banyak masyarakat juga sempat direspon oleh organisasi masyarakat (ormas) Pemuda Pancasila (PP). Belasan anggota PP yang turun ke lokasi sempat menghentikan belasan truk pengangkut material penimbunan pantai, mereka beralasan debu itu sangat meresahkan banyak masyarakat.

Beberapa orang pekerja di lokasi penimbunan menolak memberikan keterangan saat didatangi wartawan. Mereka pun enggan untuk berkomentar dan memilih untuk bungkam.

Editor: Dodo