Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Anggota Pemuda Pancasila Cegat Truk Penimbun Pantai di Tanjunguncang
Oleh : Gokli Nainggolan
Senin | 08-09-2014 | 18:10 WIB
truk yg ditahan pp.jpg Honda-Batam
Sejumlah truk yang 'ditahan' anggota Pemuda Pancasila di Tanjunguncang. (Foto: Gokli Nainggolan/BATAMTODAY.COM)

BATAMTODAY.COM, Batam - Belasan truk pengangkut material tanah dan bauksit untuk penimbunan pantai (reklamasi) di daerah Tanjunguncang dicegat belasan anggota organisasi masyarakat (Ormas) Pemuda Pancasila (PP), Senin (8/9/2014) sore. Akibatnya, para sopir truk mengaku kehilangan penghasilan mencapai Rp200 ribu per orang.

Informasi yang diperoleh, puluhan truk pengangkut tanah dan bauksit itu saban hari lalu lalang di daerah Tanjunguncang, atau tepatnya di dekat perumahan Marina Garden atau biasa disebut lokasi ASL baru. Truk yang lalu lalang itu membuat jalan utama rusak parah dan selalu berdebu.

Warga dan juga para pekerja dari beberapa perusahaan di lokasi mengeluh akibat debu yang kerap membuat sesak napas. Keluhan masyarakat itu menjadi alasan utama ormas PP melakukan pencegatan truk yang dianggap tak memenuhi ketentuan seperti yang mereka inginkan.

"Masyarakat mengeluh banyak debu. Mulai pagi sudah kita hentikan, kita paksa untuk disiram," kata salah seorang anggota PP, yang namanya tak mau dituliskan.

Anehnya, dari puluhan truk yang lalu lalang di lokasi, hanya ada beberapa unit yang dipaksa berhenti. Truk yang dihentikan itu milik seorang pengusaha yang menimbun pantai di lokasi tersebut bernama Ayong. Sementara, puluhan truk lain masih tetap bisa lalu lalang tanpa terganggu atau dicegat para pemuda berpakaian loreng kuning hitam itu.

Suardi, salah seorang sopir truk yang dipaksa berhenti mengaku sangat dirugikan. Selain itu, dia juga mempertanyakan legalitas ormas tersebut menghentikan aktivitas mereka lantaran sudah dilengkapi dokumen resmi.

"Nggak tahu apa alasan mereka ini. Kami dipaksa berhenti. Satu harian tak bisa jalan, seharusnya sudah bisa 5-6 rik. Kalau begini terus, tiap hari penghasilan Rp100-200 ribu hilang. Anak istri kami mau makan apa?" keluhnya.

Suardi juga heran, kenapa hanya truk mereka yang dihentikan jika alasan membuat jalan berdebu. Padahal, puluhan truk lain dengan aktivitas yang sama dibiarkan tanpa sedikit pun dihentikan.

"Ini juga tak adil, yang lain bisa kami tidak. Entah di mana salah, juga tak jelas," celetuknya.

Sampai pukul 17.15 WIB, sekitar lima unit truk masih tetap teronggok, belum bisa beroperasi. Memang, disebut juga perpanjangan tangan dari pihak yang mempekerjakan para sopir truk itu sudah datang menemui pihak yang melakukan pencegatan. (*)

Editor: Roelan