Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Miris, Dua Remaja Putri Ini Sudah Kenal Seks Bebas Sejak Usia 14 Tahun
Oleh : Harjo
Sabtu | 06-09-2014 | 09:48 WIB
seks bebas pinang.jpg Honda-Batam
Dua remaja perempuan asal Tanjungpinang yang mengaku mengenal seks bebas sejak usia 14 tahun.

BATAMTODAY.COM, Tanjunguban -  Ada cerita miris di balik tertangkapnya sejumlah anak di bawah umur, yang diduga telah melakukan pencurian kotak infak Masjid Ar Rahim di Tanjunguban, Kecamatan Bintan Utara, Jumat (5/9/2014). Dimana, selain menangkap enam 'residivis cilik', polisi juga mengamankan dua remaja putri yang mengaku asal Kota Tanjungpinang.

Sangat miris mendengar pengakuan dua remaja putri yang hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar itu. Adalah M (15) dan R (16), dua remaja putri asal Kota Tanjungpinang yang mengaku selain bergaul dengan kalangan yang kerap bertindak kriminal, sudah mengenal seks bebas sejak usia menginjak 14 tahun.

Keduanya menceritakan, awalnya memang hanya berteman biasa saja. Betemu, bertegur sapa, bermain bersama di tempat mangkal. Hal tersebut berlanjut dengan proses saling percaya hingga sepakat pacaran. Karena sudah saling percaya, lantas mulai mengenal secara pribadi, dan secara perlahan sama-sama berani melakukan hal kurang pantas untuk usia mereka.

Atas dasar saling percaya, tentunya hubungan emosional yang tidak terkontrol terjalin, apalagi keduanya juga doyan main internet sehingga gampang mendapatkan informasi seputar seks bebas.

Sejak mulai berani ketemuan dan berduaan, sehingga berujung saling mengenal pribadi dan percaya. Karena sama-sama tidak bisa mengontrol emosi, sehingga apa yang seharusnya belum dilakukan justru dilakukan, dan tanpa disadari  hilanglah kesucian sebagai wanita yang seharusnya di pertahankan hingga ke pelaminan.

M dan R adalah sama-sama putus sekolah dan hanya tamat sekolah dasar. Keduanya memang sedikit berbeda. M merupakan remaja keturunan campuran Tanjungpinang - Tionghoa, sementara R keturunan Tanjungpinang -Sunda. Dari pengakuan M, dirinya sudah melakukan hubungan layaknya suami istri atau seks bebas bersama pacar pertamanya sejak usianya baru beranjak 14 tahun.

M mengaku, mau melakukan hubungan badan dengan sang pacara karena dijanjikan akan segera bertunangan, sehingga karena ada desakan dan bujuk rayu dari sang pacar, dia merelakan kesuciannya. Setalah kejadian tersebut, dia sudah mulai ketagihan hingga tidak sungkan-sungkan untuk mengulangi perbuatan maksiat itu.

"Sejak kejadian pertama dengan pacar, saya mulai ketagihan dan setiap ada waktu selalu melakukan hubungan badan. Bahkan setelah putus dengan pacar pertama, sudah berkali-kali dengan cowok lain namun melalui proses pacaran dan belum pernah mau dibayar atau menjadi cewek bayaran," ujarnya.

Masih menurut M, dirinya melakukan hubungan layaknya suami istri, sudah dengan banyak laki-laki dan sudah tidak terhitung. Baik dilakukan dengan remaja seumurnya atau dengan pria dewasa, begitu juga masalah tempat selalu berubah, tapi tidak pernah dilakukannya di hotel.

Diakui M, setelah mendapatkan teman di Bintan Utara dan dia kenal laki-laki bernama WS (17), yang juga anak putus sekolah dan terakhir diketahui sudah sering berurusan dengan hukum karena kasus pencabulan dan pencurian, mereka juga sempat sekitar satu bulan berpacaran. Sejak saat itu, M yang sudah paham benar masalah syahwat di usia dini selalu pergi ke wilayah Bintan Utara, bersama teman perempuannya yang seumur.

"Dengan pacar saya WS, saya sudah melakukan hubungan badan sebanyak tiga kali dari tiga pertemuan di Bintan Utara. Hal tersebut saya lakukan atas dasar suka sama suka, karena kami berpacaran. Tetapi tidak mengetahui kalau pacarku sudah sering melakukan perbuatan melanggar hukum. Tetapi walaupun demikian, saya masih tetap sayang sama dia," ucapnya polos.

Berbeda dengan R, remaja putri yang juga putus sekolah asal Tanjungpinang ini, dia juga mengenal seks bebas juga sejak umur menginjak usia 14 tahun bersama pacarnya, mulai melakukan hubungan badan besama pacarnya setelah berpacaran beberapa bulan, alasan yang sama dilakukan atas dasar suka sama suka yang akhirnya juga putus.

"Kalau sama pacar pertama, sudah tidak terhitung lagi melakukan hubungan layaknya suami istri. karena sejak pertama melakukan selalu ketagihan dan ingin mengulang perbuatan yang sama. Sejak putus dan tidak berhubungan lagi, saya pun pacaran dengan beberapa pria yang sudah dewasa, juga melakukan hal yang sama hingga berulang-ulang dnegan pria berbeda," katanya.

Dia beralasan sampai ke Bintan Utara dan diamankan polisi, karena dia memiliki pacar yang bekerja di Kawasan Pariwisata Lagoi (KPL) dan ke Bintan Utara menemani temannya M untuk betermu pacarnya WS. Selama di Bintan Utara, bergabung dengan teman-teman WS di sebuah tempat yang dijadikan sebagai tempat mereka mangkal atau berkumpul bareng.

"Kami sangat menyesal pak, kami ingin pulang dan ingin berubah jadi orang baik-baik. Kami janji kalau udah selesai urusan di polisi akan jadi orang baik-baik dan tidak akan mempermalukan orangtua lagi. Karena kami selama ini bandel dan tidak mau sekolah," keluhnya sambil menetaskan air mata.

Apa yang dialami oleh kedua orang remaja putri  jelas menjadi sebuah catatan buruk, karena dengan usia yang masih belia sudah mengenal seks bebas dengan remaja seusia dan bahkan pria dewasa. Kedepan bukan tidak mungkin akan mengarah ke arah yang lebih liar lagi jika tidak ada koridor, rambu ataupun pihak yang menjadi panutan mengingatkan dan menasehatinya.

Sebagai catatan kedua remaja putri di bawah umur yang putus sekolah ini, justru bukan dari keluarga yang ekonominya sangat lemah atau miskin, karena kedua orangtuanya tergolong masih mampu. Dari pengakuan keduanya, kedua orangtuanya adalah menjadi pedagang di tempat berbeda di Tanjungpinang.

Selain itu, dari pengakuan keduanya juga, terungkap bahwa anak seusia mereka baik di wilayah Tanjungpinang dan Bintan, justru sudah banyak yang mengenal seks bebas, sama halnya dengan apa yang sudah dilakukan mereka. Baik yang secara terang-terangan menjadi wanita panggilan sebagai pemuas nafsu para pria hidung belang atau hanya di lingkungan sesama mereka.

Karena keduanya juga sudah beberapa kali ditawari, bahkan akan di jual kepada mucikari dan tawaran itu justru datang dari rekan seusianya. Dari tawaran tersebut, sebagian dari rekan seusia  mereka yang masih belia tidak sungkan-sungkan menerima tawaran. Dimana hasilnya tidak lebih hanya untuk berfoya-foya,  dimana sebagian juga sudah terjerumus dunia yang lebih menakutkan yaitu  pengaruh menjadi penguna dan tidak heran menjadi kurir Narkoba.

Hal tersebut tentunya harus menjadi perhatian seluruh pihak, agar penyakit seperti ini bisa di tekan, karena ini menyangkut masalah pembekalan moral dan perlu pengawasan baik dari orangtua dan lingkungan, serta dibutuhkannya program pendidikan dan lingkungan sehat yang bisa mengarahkan anak usia dini ke arah pergaulan yang lebih baik lagi.

Jangan sampai remaja penerus bangsa ini sudah layu sebelum berkembang akibat salah pergaulan. 

Editor: Dodo