Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Inilah Alasan Orang Kaya Indonesia Berburu Rumah di Singapura
Oleh : Redaksi
Rabu | 27-08-2014 | 15:53 WIB
singapura.jpg Honda-Batam
Foto: net.

BATAMTODAY.COM - SIAPA sangka, pembeli produk properti khusus "townhouse" di Singapura justru orang-orang kaya dari Indonesia. Padahal ada aturan ketat bagi warga negara asing yang ingin membeli properti di negara itu.

"Kami mulai menjual townhouse sejak dua tahun lalu. Sebanyak 60 persen sudah terjual. Pembeli terbanyak berasal dari Indonesia. Diikuti Tiongkok, Myanmar, dan Vietnam," ujar Shaw Lay See, Chief Operating Officer Far East Organization, pengembang townhouse, seperti dilansir Kompas.com.

Bahkan, menurut Vice President Pacific Star Development Pte Ltd, Patrick Mah, pembeli properti, khususnya hunian vertikal asal Indonesia lebih suka membayar secara tunai, yang jumlahnya mencapai lima puluh persen.

Meski masuk dalam jajaran lima kota termahal dunia, Singapura tetap menjadi salah satu kota tujuan membeli rumah bagi investor Indonesia. Lantas, apa alasan orang-orang kaya di Indonesia berburu properti di Singapura?

Pengamat berpendapat, ada tiga alasan kuat yang mendorong langkah para investor Indonesia itu. Ali Tranghanda, Executive Director Indonesia Property Watch (IPW), mengatakan, alasan pertama investor Indonesia masih memasukkan Singapura dalam kota tujuan pembelian rumah adalah karena kemewahan yang ditawarkan oleh negara kota yang memiliki ikon Merelion itu.

"Di antara negara-negara lain di Asia Tenggara, Singapura memiliki tingkat kemewahan terbaik. Memiliki properti dengan fasilitas mewah di sektor pendidikan dan kesehatan masih menarik perhatian para investor," kata Ali seperti dilansir laman rumah.com, Selasa (26/8/2014).

Alasan kedua adalah kedekatan lokasi dengan Indonesia. Ali membandingkan dengan Australia yang jaraknya lebih jauh. Selanjutnya, alasan ketiga adalah kestabilan pasar properti yang didukung oleh pajak yang mendukung.

"Kita bisa mengharapkan mendapat sewa 3 sampai 5 persen dari harga properti itu, sementara pajaknya hanya 2 persen, jadi masih menguntungkan dari kaca mata investor," terang Ali. (*)

Editor: Roelan