Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

PKL Serbu Kampung-kampung di Jakarta
Oleh : Taufik
Senin | 13-12-2010 | 09:30 WIB

Jakarta, batamtoday - Belakangan  ini ada fenomena menarik melihat siasat para pedagang kaki lima (PKL) terutama yang berjualan pakaian. Mereka tidak lagi mengadu nasib di jalan-jalan trotoar tetapi kini masuk menyerbu  ke kampung-kampung pemukiman padat di Jakarta,

Fenomena dini terlihat di wilayah kecamatan Tamansari dan Tambora (Jakarta Barat), Kemayoran (Jkaarta Pusat), Duren Sawit, Klende, Cipinangr (Jakarta Timur), Warakas dan Semper (Jakarta Utara).

Para pedagang pakaian ini masuk ke kampun-kampung dalam jumlah besar, hingga ratusan pedagang, dan dikordinir oleh sebuah tim yang berkordinasi dengan pengurus wilayah setempat. Mereka berjualan pada malam hari dengan menutup jalan.

Para pedagang biasanya mulai berbenah pada pukul 17.00 WIB, dan selepas magrib baru dagangan digelar. Para pedagang biasanya tutup sekitar pukul 23.WIB.

Dalam pantauan batamtoday, di jalan Talib III Kelurahan Krukut, Minggu (12/12) salah satu lokasi pasar malam di wilayah kecamatan Tamansari, Jakarta Barat, dagangan yang digelar didominasi pakaian baik kaos-kaos, baju dan celana, juga ada yang berajulan VCD/DVD, sandal dan sepatu, pernak-pernik, dan tidak ketinggalan para penjaja makanan.

Pembeli juga ramai, yaitu para warga sekitar dan juga ada warga yang datang dari kelurahan tetangga, Warga yang berbelanja nampak datang santai dan berbusana pakaian rumah saja, bahkan ada yang hnaya memakai daster dan sandal jepit. .

Rizal seorang pedagang pakaian anak-anak menuturkan, kalau dirinya dan kawan-kawan pedagang lainya terpaksa menyerbu kampung-kampung pemukiman padat karena semakin susah berjualan di jalan-jalan trotoar ibukota.

"Sudah tidak aada lahan, pak," keluhnya. 

Dengan cara masuk dan berjualan di kampung-kampung berarti para pedagang menerapkan sistim jemput bola, ujar Rizal. Mengenai penghasilan penjualan, Rizal mengaku relatif.

"Gak tentu, pak, kalau lagi tanggal muda agak lumayan, tapi kalau tanggal tua, sekedar ada sisa sebagai uang lelah. Tapi kalau menjelang lebaran, seperti kemarin, agak besar pendapatan," ujarnya.

Rombongan pedagang PKL ini dikordinir oleh sebuah tim yang sifatnya kekerabatan dan sifatnya paguyuban saja, dan biasanya terdiri dari komunitas orang Padang.

Amri salah seorang kordinator di Jakarta Barat kepada batamtoday mengatakan, sebelum masuk ke sebuah kampung, kita lakukan survey kecil-kecilan terlebih dahulu. Kalau memang OK, dan pasar menjanjikan, baru kita melakukan kordinasi dengan Lurah, RW dan RT setempat," ujarnya.

 

"Tentu kita harus kordinasi, pak, karena bukan saja pasar malam PKL itu menimbulkan keramaian, tetapi juga menutup jalan warga," jelasnya. Bahkan pengakuanya, bukan saja kepada pengurus wilayah setempat, tetapi para preman setempat juga harus kita kordinasikan.

"Kalau hanya pengurus RW dan RT, belum aman, pak. Tetapi biasanya para preman setempat kami kordinasikan melalui pengurus wilayah saja, pak, tambah Amri.

Ketiak ditanyakan berapa uang dipungut pihaknya kepada para pedagang, lelaki kelahiran Padang ini menyatakan bervariasi, antara Rp 10-50 ribu, tergantung besar kecilnya dagang barangan si pedagang.

"Sebenarnya kami hanya membantu para pedagang agar bisa eksis. Karena sekarang ini nyaris tidak ada lagi lahan di Jakarta untuk PKL. Bisa dikatakan kami mengambil keuntungan, sebagai kordinator. tujuan kami agar para PKL bisa tetap eksis dan bisa menghidupi anak dan istri. Kalau soal yang didapat tim, tidak seberapa, habis buat kordinasi dan uang makan para anggota saja," jelas Amri.