Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Otak Penyandang Autistik Punya Sambungan Neuron yang Terlalu Banyak
Oleh : Redaksi
Jum'at | 22-08-2014 | 14:33 WIB
otak_manusia.jpg Honda-Batam
Foto realtime pertumbuhan otak manusia. (Foto: net)

BATAMTODAY.COM - AUTISMA mungkin bisa berupa gangguan dari hiper-konektivitas di otak, menurut sebuah studi yang menemukan anak-anak dengan kondisi memiliki terlalu banyak sinapsis, titik-titik di mana neuron terhubung dan berkomunikasi satu sama lain.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Neuron, hari ini (Jumat, 22/8/2014), menunjukkan bahwa disfungsi dalam otak tidak memangkas neuron selama pengembangan seperti yang terjadi pada kebanyakan orang.

Para peneliti dari Columbia University Medical Center meneliti jaringan otak dari anak-anak yang telah meninggal, termasuk mereka dengan dan tanpa autisma. Para peneliti memeriksa jaringan otak dari 26 anak-anak dan remaja usia 2 sampai 20 tahun yang memiliki autisma, dan 22 lainnya yang tidak menyandang autistik.

Jaringan itu merupakan bagian dari daerah otak yang terlibat dalam proses sosial dan komunikasi, yang memberi dampak dalam autisma. Mereka menghitung jumlah serabut dendritik dari neuron, yang masing-masing terhubung dengan neuron lain melalui sinapsis.

Para peneliti menemukan, pada akhir masa kanak-kanak, kepadatan serabut menurun sebesar 41 persen pada otak anak normal, dan 16 persen pada otak anak-anak autistik.

"Defisit ini dapat menyebabkan kelainan pada fungsi kognitif yang diperoleh di masa kecil, remaja atau awal masa dewasa, seperti akuisisi keterampilan khusus semisal penalaran, motivasi, penilaian, bahasa dan pemikiran abstrak," tulis para peneliti dalam studi mereka.

"Banyak anak-anak didiagnosis dengan gangguan spektrum autisma mencapai masa remaja dan dewasa dengan kecacatan fungsional pada keterampilan ini," tulis peneliti seperti dilasnsir Bloomberg News.

Dalam studi tersebut, peneliti beralih ke tikus yang direkayasa dengan penyakit yang mirip dengan autisma. Mereka menggunakan obat yang bekerja melawan protein yang disebut mTOR hiperaktif yang mencegah kemampuan otak untuk menyaring sinapsis.

Setelah diobati, tikus menunjukkan perilaku baik.

Rapamycin adalah obat yang dipakai untuk menjaga tubuh dari menolak organ dan transplantasi sumsum tulang. Hal ini juga membawa efek samping yang parah yang mungkin akan mencegah penggunaannya pada anak-anak autistik. Protein mTOR mengontrol pertumbuhan sel. (*)

Editor: Roelan