Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Perokok Berpendidikan Rendah Lebih Berisiko Tinggi Terkena Stroke
Oleh : Redaksi
Senin | 18-08-2014 | 13:23 WIB
stop smoking 2004 max_325x161.jpg Honda-Batam
Poster kampanye stop merokok. (Foto: net)

BATAMTODAY.COM - INI peringatan bagi perokok, terutama yang memiliki tekanan darah tinggi dan berpendidikan rendah. Selain berbahaya bagi kesehatan, peneliti Denmark menemukan adanya risiko yang cukup tinggi terkena stroke di antara kelompok-kelompok dengan kombinasi tiga faktor yang mematikan tersebut.

Penelitian tersebut dipulikasikan di Stroke, sebuah jurnal yang diterbitkan American Heart Association.

"Kami menemukan, dampaknya lebih buruk bagi perokok yang berpendidikan rendah dibangin yang berpendidikan tinggi," kata Helene Nordahl, penulis utama studi tersebut yang juga peneliti di Departemen Kesehatan Masyarakat di University of Copenhagen di Denmark, melalui siaran persnya.

Yang dikategorikan kelompok berpendidikan rendah, menurut Nordahl, adalah mereka yang tamatan SD atau SMP atau setelah 10 tahun bersekolah sejak TK.

Para peneliti memeriksa tingkat pendidikan 68.643 responsen yang berusia antara 30 - 70 tahun, dan membandingkannya dengan aktivitas merokok dan tekanan darah tingkat mereka. Mereka menemukan bahwa 16 persen laki-laki dan 11 persen perempuan memiliki risiko tinggi stroke jika mereka adalah kelompok berpendidikan rendah dan memiliki tekanan darah tinggi.

Selama 14 tahun penelitian, sebanyak 10 persen dari orang-orang yang diamati dan sembilan persen dari mereka wanita ditemukan telah mengalami stroke dalam periode waktu tertentu.

Jika faktor tekanan darah diabaikan, mereka menemukan bahwa perokok dengan tingkat pendidikan yang rendah masih memiliki risiko lebih tinggi terkena stroke dibandingkan dengan perokok dengan tingkat pendidikan yang tinggi. Sekitar 800.000 orang di Amerika Serikat mengalami stroke setiap tahun, dan dari dari sejumlah itu orang meninggal akibat stroke setiap empat menit, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC).

Stroke terjadi ketika pasokan darah ke otak tersumbat atau ketika pembuluh otak pecah dan menyebabkan pendarahan, dan akhirnya membunuh jaringan otak.

Sementara racun dalam rokok mengeraskan pembuluh darah (arteri). Rokok juga bisa menimbulkan plak lemak di sepanjang pembuluh darah, menyebabkan jaringan parut dan penebalan dinding arteri.

Perokok aktif juga berisiko terkena stroke, karena menghalangi aliran darah, yang juga dapat menyebabkan serangan jantung. Dengan merokok, risiko terkena stroke akan berlipat ganda, dan bahkan setelah mereka berhenti menyedot asap rokok. Tragisnya, dibutuhkan 15 tahun menurunkan risiko stroke tersebut.

"Distribusi faktor risiko stroke mungkin berbeda-beda di berbagai konteks dan populasi penelitian," kata Nordahl. "Namun, karena kelompok yang paling kurang beruntung sering terkena faktor risiko stroke. Tampaknya masuk akal bahwa orang-orang ini berisiko tinggi stroke tidak hanya di Denmark, tetapi juga di negara-negara industri lainnya," katanya. (*)

Editor: Roelan