Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Inilah Gelotophobia, Ketakutan Akan Tawa
Oleh : Redaksi
Sabtu | 28-06-2014 | 10:16 WIB

BATAMTODAY.COM - PENYAKIT yang satu ini langka. Ketika tertawa bersama teman-teman merupakan pengalaman yang membahagiakan, tetapi merupakan hal yang menakutkan bagi orang yang memiliki fobia yang langka.

Mereka adalah orang yang mengalami gelotophobia -merasa takut jika ada yang tertawa. Seperti dilaporkan wartawan kesehatan BBC News, Pippa Stephens.

Drummond (semua menggunakan nama samaran) berusia 18 tahun, dari AS. Dia mengatakan kepada peneliti jika ketika dirinya mendengar orang tertawa maka dia merasa mereka menertawakannya. "Saya jadi tegang dan bersiap untuk berkelahi. Saya dapat merasakan adrenalin saya," katanya.

"Saya berusaha dengan keras untuk berbicara atau melakukan sesuatu yang dapat membuat saya ditertawakan. Saya memasang wajah kaku hampir setiap hari. Saya melihat orang lain bergembira. Kadang-kadang saya ingin berubah dan menjadi seperti mereka."

"Tetapi saya tidak ingin berada di sana dan ditertawakan karena saya berbeda."

Cerita Drummond tentang kondisi dirinya direkam oleh Dr Tracey Platt, peneliti dari Universitas Zurich, Swiss. Dia merupakan salah satu peneliti di seluruh dunia, termasuk Afrika, Kanada, India dan Rusia, yang berupaya memahami apa yang menyebabkan kondisi tersebut.

Gelotophobes atau tidak paham apa arti ketawa, atau mereka yang berpikir negatif tentang dirinya, merasa gusar dan takut ketika mereka mendengarnya. Mereka seringkali merasa sulit berada di antara orang lain, dan mengalami sakit kepala karena stress, dan pusing.

Chukar, 37, dari Israel, juga sama. Dia mengatakan merasa "malu" dan "gugup " ketika dia mendengar orang tertawa.

"Ketika saya mendengar tawa, saya merasa kemarahan saya meningkat pada tahap ekstrem. Saya juga merasa suhu tubuh saya naik dan kepala saya sakit," katanya.

Untuk menghindari situasi tersebut, Chukar memilih untuk membaca dan bermain olahraga sendiri.

Penelitian akademis terhadap orang yang mengalami gelotophobia dimulai pada 2008 lalu. Jadi, masih banyak yang belum terungkap, dan penanganannya pun terbatas.

Dr Platt mengatakan tampaknya yang menjadi penyebab adalah lingkungan di masa anak-anak, bagaimana kepribadian mereka terbentuk, kehidupan sosial dan tingkat humor. Dia mengatakan banyak orang yang mengalami gelotophobia atau yang disebut gelotophobes dilaporkan mengalami bullying di sekolah.

Pertanyaannya apa yang muncul terlebih dahulu? Apakah bullying dulu atau rasa sensitif jika ada yang tertawa?

Dr Platt yakin fobia tidak terjadi secara tiba-tiba pada usia 30 tahun, dan juga mengkaitkannya dengan sindrom Asperger.

Untuk memudahkan penanganan, Dr Platt menggunakan avatar yang dapat mengubah wajah, dan membantu terapis untuk mengidentifikasi kondisi pasien dan mempermudah penanganan.

Inggris memiliki tingkat kelaziman yang tinggi terhadap orang yang mengalami fobia, tampanya karena budaya humor yang dimiliki masyarakat tersebut, dengan 13 persen orang yang diperkirakan mengalami gelotophobia pada batas tertentu.

Dengan 1 persen populasi di Inggris dikategorikan memiliki ketakutan patologis terhadap tawa, yang berdampak pada kehidupan mereka.

Dr Platt mengatakan jumlah orang yang mengalami fobia pada tawa juga terjadi di negara Asia, dimana rasa malu digunakan sebagai norma pengawasan. Sementara Denmark memiliki kasus gelotophobia terendah. Hanya sekitar 2 persen dari populasi di Denmark mengalami kondisi tersebut. (*)

Editor: Roelan