Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Waspadai Bakteri Menular di Dalam Pesawat
Oleh : Redaksi
Kamis | 22-05-2014 | 10:00 WIB
ilutrasi_kabin_pesawat.jpg Honda-Batam
Foto ilustrasi.

BATAMTODAY.COM - BERADA di dalam pesawat ternyata tak membebaskan penumpang dari terkena penyakit. Bakteri berbahaya, seperti MRSA, bisa bertahan hidup di pesawat terbang hingga satu minggu dan bisa menularkan penyakit ke penumpang.

Para peneliti Auburn University menguji kemampuan bakteri Staphylococcus aureus yang kebal antibiotika Methicillin (MRSA) dan Escherichia coli (E-Coli) tipe O157:H7 untuk bertahan di permukaan barang yang biasa ditemukan di dalam pesawat.

Hasilnya, bakteri penyebab penyakit ini bersarang di lengan kursi, kantong pada kursi dan di berbagai tempat lain. Demikian laporan para peneliti yang dipresentasikan pada pertemuan tahunan American Society für Microbiology.

Dalam risetnya, para ilmuwan menanamkan patogen pada lengan kursi, meja plastik, tombol siram toilet, kantong kursi, penutup jendela, serta permukaan barang berbahan kulit, yang diperoleh dari sebuah perusahaan penerbangan besar. Kemudian, patogen dan benda-benda eksperimen tersebut melalui simulasi dengan diekspos terhadap "kondisi mirip yang dialami oleh pesawat saat terbang".

Bakteri MRSA ternyata mampu bertahan paling lama, yakni, 168 jam atau sekitar tujuh hari jika ditanamkan di kantong kursi. E-coli hidup 96 jam atau empat hari pada lengan kursi.

"Data kami menunjukkan, bahwa kedua bakteri mampu bertahan berhari-hari pada tipe permukaan tertentu, terlepas dari cairan tubuh yang disimulasikan saat eksperimen," jelas pimpinan tim riset Kiril Vaglenov. Artinya, bakteri tersebut berisiko menularkan penyakit melalui kontak dengan kulit.

Sebagai keterangan tambahan, bakteri MRSA biasanya menginfeksi individu dengan daya tahan tubuh yang lemah. Infeksi MRSA sama seperti infeksi yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus lainnya, yang terlihat seperti infeksi kulit, jerawat, atau gigitan laba-laba.
 
Bakteri MRSA juga dapat menembus ke dalam tubuh dan berpotensi menyebabkan infeksi pada tulang, sendi, aliran darah, jantung dan paru-paru yang kemudian menyebabkan kematian. Sementara E-coli tipe O157:H7, dapat mengakibatkan keracunan makanan serius pada manusia, seperti diare berdarah karena eksotoksin yang dihasilkan bernama verotoksin.

Kini, para peneliti menguji bakteri jenis lain, seperti yang bisa menyebabkan tuberkolosis. Mereka juga mencoba mengembangkan strategi pembersihan baru bagi pesawat dan permukaan antimikrobial yang bisa mengatasi masalah bakteri. (*)

Sumber: AFP | Deustche Welle