Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Buah Manis dari Kerja Keras

Cerita Sukses 'Kek Pisang Villa'
Oleh : sumantri
Kamis | 26-05-2011 | 08:49 WIB
Kek_Pisang_Vila.jpg Honda-Batam

Selvi dan Suaminya dengan piala penghargaan sebagai UMKM terbaik tahun 2010

Batam, batamtoday - 'Kek Pisang Villa', begitu nama oleh-oleh khas Batam itu dikenal banyak oranga. Selvi Nurlia, adalah orang dibalik sukses Kek Pisang Villa -yang dibuat perdana pada 2007 berupa kue bolu pisang yang dibungkus plastik dan diedarkan ke berbagai warung dengan harga Rp 1.000- hingga me-nasional.

Kek Pisang Villa bukan merupakan penganan perdana buatan Selvi Nurlia. Ia sempat merintis penjualan kerupuk udang, klepon ataupun rumah makan padang. Namun ‘jodoh’ perempuan berusia 30 tahun lulusan Teknik Elektro, Universitas Andalas, Sumatera Barat, dan suaminya itu tampaknya berlabuh ke bolu pisang tersebut.

"Sesuatu yang besar di dunia ini, berawal dari hal kecil. Bagi saya, impian untuk membuat sesuatu yang berarti dan diingat orang adalah ambisi dan harus tercapai, dan dengan keyakinan serta kerja keras, Alhamdulillah, usaha ini bisa bermanfaat bagi banyak orang," papar Selvi, kepada batamtoday, Kamis 26 Mei 2011.

Dan, semangat serta naluri bisnis selvi pun terlecut tatkala, kue bolu pisangnya mendapat respon yang baik dari pasar. Sang suamipun mendukung semangat Selvi dengan membantu memasarkan berbagai variant bolu yang telah diciptakan istri tercinta. sejalan dengan waktu, ide-ide baru bermunculan dan Selvi berfikir sepertinya Kek pisang bagus kalau tidak dibuat kecil-kecil.

"Apalagi, kue dalam ukuran kecil cenderung sia-sia jika tidak berhasil dijual. Akhirnya, kami memutuskan menjual kue pisang dalam ukuran besar, seperti brownies," kenang Selvi.

Dengan modal Rp 2 juta yang kebanyakan dibelikan bahan baku seperti gula dan tepung terigu per sak, pasangan suami istri ini ini serius menggarap bisnis barunya. Nama Villa dipakai sebagai merek dagang oleh Selvi karena dia dan suami tinggal di perumahan Villa Muka Kuning. Nama ini cepat dihapal dan tidak susah diucapkan oleh masyarkat. Jadi orang nyebutnya plong.

Selvi juga membuat perubahan bentuk produk, dari bulat menjadi kotak dengan alasan menambah nilai jual. Selvi berkiblat kepada Brownies Amanda. Sebelum diedarkan ke pasaran, Selvi juga memutuskan untuk menjual produk dengan rasa lebih dari satu.

"Kami saat itu berpikir enaknya diberikan apa ya? Karena di rumah saat itu ada selai strawberry kami coba dan ternyata rasanya lucu. Salah satu keuntungan pisang adalah cocok dengan selai apa saja,”katanya. Setelah mulai percaya diri dengan produk dan variannya, Selvi membuat logo dan kemasan agar menarik untuk dijual. Akhirnya, Villa Kek pisang ini resmi berdiri 20 Februari 2007 di sebuah rumah tipe 36," tutur Selvi.

Awalnya mereka mengajak tetangga untuk membantu menjualkan produknya di kantor dengan bonus imbalan sebesar Rp 3000 per kue. Selvi menjual kue tersebut dengan harga Rp 12 ribu untuk original dan Rp 15 ribu untuk variannya. Produksi ini dibantu dengan satu orang ibu tetangga dan 2 pasutri saudara mereka. Pada Juli 2007 Selvi memutuskan untuk pindah ke ruko di depan komplek mereka di villa Muka Kuning, Batuaji. Selvi mendapat keringanan sewa untuk membayar 3 bulan dulu.

Untuk menyewa ruko, Selvi meminjam uang dari Kredit Tanpa Agunan (KTA) sebesar Rp 40 juta untuk sewa dan sedikit perbaikan tempat. Karyawan sudah bertambah sebanyak 8 orang.. Momentum kebangkitan kue tersebut terjadi saat Selvi kedatangan pembeli yang memesan sebanyak 8 kotak untuk dibawa ke Medan sebagai oleh-oleh pada November 2007. Dari situ, Selvi berpikir untuk memposisikan kue buatannya sebagai ‘bolu khas Batam’. Selvi segera mengubah positioning produk dengan mengubah harganya menjadi Rp 35ribu dan mengganti taglinenya dari So Cozy So Delicous menjadi 'Batam, Ya Kek Pisang Villa'.

"Kami mengubah harga dan pembeli malah tidak lari karena ada kebutuhan di sini yaitu oleh-oleh. Jadi pasar kita berubah tapi malah makin banyak," tutur Selvi. Usahanya kian berkembang. Namun, positioning itu ternyata juga mendapatkan banyak tentangan dari orang asli Batam.

"Saya sudah tinggal sampai 20 tahun ini di sini, tetapi kamu seenaknya saja menyebut sebagai oleh-oleh. Siapa kamu yang baru tinggal di sini," ungkap Selvi, menirukan orang-orang sekitar. Namun, Selvi menambahkan, dirinya cuma menghadapi itu semua dengan senyuman.

Rumah produksi dipusatkan di Batam Center, yang kini sudah mempunyai 2 outlet yang berdampingan dan Nagoya yang tempatnya yang lebih luas dan dijadikan tempat produksi. Di Kini sebagai sarana delivery Selvi sudah mempunyai 3 unit mobil dan 4 armada motor.Seiring berkembangnya bisnis kue tersebut, kualitas tetap harus dijaga.

Untuk itu, Selvi menerapkan pemisahan manajemen pemegang bahan, pemegang oven, pemegang pengadukan, pemegang timbangan dan lainnya. Sedangkan pemegang resep diberikan kepada orang yang dipercaya. Hal ini dilakukan agar kualitas kue terus sama.