Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Istri dan Anak Menolak

Mubarak, Politisi Demokrat Dirikan STF Gus Dur
Oleh : Surya Irawan
Sabtu | 21-05-2011 | 15:33 WIB

Jakarta, batamtoday - Politisi Partai Demokrat Ahmad Mubarok, mendirikan Sekolah Tinggi Filsafat (STF) dengan nama Gus Dur School of Philosophy dengan dukungan pengusaha Edward Soeryadjaya. Meski Mubarak mengklaim mendapatkan izin menggunakan nama Gus Dur, namun istri dan anak-anak Gus Dur melarang penggunaan nama tersebut sebagai nama perguruan tinggi di bawah Mubarak Foundation itu.

“Saya sudah berkomunikasi dengan Gus Sholah (Adik Gus Dur) dan dengan keluarga Ciganjur (kediaman keluarga Gus Dur). Ciganjur masih fifty-fifty. Mereka sepertinya masih ragu-ragu. Jangan-janagan sekolah ini akan seperti Universitas Bung Karno. Namanya besar, tapi universitasnya ya gitu-gitu aja,” kata Mubarak saat launching sekolah ini di Jakarta kemarin. 

Mubarok memilih nama Gus Dur sebagai sekolah yang ia dirikan dengan alasan nama Gus Dur bisa diterima banyak pihak. Gus Dur, lanjut Mubarok, juga memiki kapasitas ilmu pengetahuan. “Selain itu beliau juga sudah meninggal. Kalau pakai nama orang yang masih hidup hanya diingat jeleknya saja. Kalau Gus Dur diterima semua orang,” katanya. 

Mubarok berharap sekolah ini dapat menjadi basis pengembangan kajian pemikiran, filsafat dan kebudayaan yang berwawasan global dengan cita rasa Indonesia. Meski sudah diluncurkan, namun sekolah ini baru dalam taraf gagasan. Belum ada kurikulum yang disusun, apalagi murid yang mendaftar.

“Ini memang masih berupa gagasan. Tapi pepatah mengatakan, angka 1000 tak akan jadi seribu kalau tak ada yang menulis angka satu,” katanya. 

Sedangkan Pembina Mubarak Foundation Edward S Soeryadjaya mengatakan, dalam rangka menyebarluaskan paradigma filsafat dan budaya Indonesia, Gus Dur School of Philosophy bakal difungsikan untuk memberikan virus positif bagi kemajuan Indonesia.

"Gus Dur School of Philosophy akan difungsikan seperti halnya sebuah pusat penyebaran virus. Ya Virus, tentunya virus jenis positif yang bersahabat kepada manusia dan yang dengan cepat layaknya virus akan menyebarluaskan paradigma filsafat dan budaya Indonesia kita tercinta, yang indah dan kita bersama dambakan itu," kata Edward. 

Edward mengatakan gagasan sekolah ini lahir melihat seluruh ciri bangsa Indonesia sudah mulai samar. "Banyak kejadian akhir-akhir ini baik di dunia bisnis, hukum serta politik di negeri kita ini, sepertinya sudah hanyut segala kekayaan yang pernah kita miliki itu, terutama tradisi Indonesia yang baik. Paling utama, kita telah kehilangan panutan yang dapat menjamin keindahan perjalanan kita masa depan," papar Edward.

Guru Besar Ilmu Hukum UI, Jimly Ashiddiqie, mengatakan sekolah ini menarik. Jimly mengharapkan sekolah ini bisa tumbuh terus-menerus di tengah budaya pop yang sudah menjalar pada pimpinan bangsa ini.

"Gus Dur memberikan semangat pada kita untuk berpikir jangka panjang. Di tengah pragmatisme sekarang pimpinan kita cenderung ngepop. Sikapnya bagaimana kata dari media yang cenderung ngepop. Pemimpin kita pop leaders," kata Jimly, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi ini.

Sementara itu, Dirjen Bina Masyarakat, Kementerian Agama, Nazarudin Umar, mengharapkan kehadiran sekolah filsafat Gus Dur ini membuka kesempatan bagi masyarakat untuk ilmu filsafat yang mudah diterapkan.

Pasalnya, menurut Nazarudin, dunia akademik formal seperti perguruan tinggi bak menara gading yang sulit diakses publik. "Teorinya terlalu melambung jauh meninggalkan masyarakat. Sedangkan LSM-nya sibuk tanpa teori. Birokrasi sibuk dengan dirinya sendiri tidak minta tolong kepada akademisi dan LSM," jelas Nazarudin.

Peluncuran STF Gus Dur tersebut, selain dihadiri Jimly Asshidiqie dan Nazaruddin Umar juga dihadiri beberapa tokoh lainnya yakni Wakil Ketua MPR Hadjriyanto Y Tohari, Rois AM PBNU Masdar F Mas`udi, tokoh muda NU Sastro Al Ngatawi, ekonom Christianto Wibisono, Ketua PNBK Eros Djarot, Politisi PPP Arif Mudatsir Mandan, Rektor Universitas Nasional Umar Basalim, Ahmad Sobary dan lain-lain. Keluarga Gus sendiri tidak hadir dalam peluncuran tersebut.

Namun tidak lama setelah peluncuran itu, pihak keluarga melayangkan surat penolakan atas pengunaan nama Gus Dur karena sebelumnya sudah melarang. Dalam surat itu disampaikan, pihak keluarga telah mendengar dan meminta penjelasan terkait rencana Mubarok Foundation untuk mendirikan STF Gus Dur. Setelah melalui penelaahan secara seksama, pihak keluarga menyatakan tidak membolehkan pengunaan nama Gus Dur sebagai label perguruan tinggi yang akan didirikan.

Surat tersebut ditandatangani lima anggota keluarga Gus Dur. Mereka adalah istri Gus Dur Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid dan empat anaknya : Alissa Qotrunnada Munawwaroh Rahman, Zannuba Arifah Chafsoh Rahman, Annisa Hayatunnufus Rahman, dan Inayah Wulandari Wahid.