Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Otak Si Pemikir Positif dan Pemikir Negatif Terungkap
Oleh : Redaksi
Senin | 07-04-2014 | 09:28 WIB
brain.jpg Honda-Batam
Ilustrasi otak manusia.

BATAMTODAY.COM - Berpikir positif dan negatif bisa merupakan sebagian dari fungsi biologis manusia. Demikian hasil penelitian terbaru di Michigan State University.

Berdasarkan penelitian yang dipimpin seorang psikolog di Michigan State University, menemukan, kemampuan untuk tetap berpikir positif di saat-saat yang sulit -dan sebaliknya, menjadi negatif- itu dapat tertanam di otak. Penilitian yang dipublikasikan pada Journal of Abnormal Psychology itu merupakan yang pertama untuk memberikan bukti biologis yang memvalidasi gagasan bahwa ada, pada kenyataannya, orang-orang yang berpikiran positif dan negatif di dunia.

"Ini pertama kalinya kami mampu menemukan penanda otak yang benar-benar membedakan pemikir negatif dari berpikir positif," kata Jason Moser, pemimpin penelitian dan asisten profesor psikologi, seperti dilansir Medical Xpress.

Dalam penelitian ini, 71 peserta perempuan diperlihatkan gambar grafis dan diminta untuk berpikiran positif sementara aktivitas otak mereka direkam. Peserta diperlihatkan gambar pria bertopeng yang menggenggam pisau yang ditempelkan ke tenggorokan seorang wanita, misalnya, dikatakan si wanita (dalam gambar itu) berpeluang bebas dan kabur.

Para peserta yang disurvei terlebih dahulu ditetapkan siapa cenderung berpikir positif dan yang berpikir negatif atau khawatir. Benar saja, pembacaan otak dari para pemikir positif jauh lebih aktif daripada berpikir khawatir.

"Peserta yang berpikir cemas benar-benar menunjukkan efek paradok knalpot di otak mereka ketika diminta untuk mengurangi emosi negatif mereka," kata Moser.

"Ini menunjukkan mereka memiliki waktu yang sangat sulit menempatkan pikiran positif pada situasi yang sulit dan benar-benar membuat emosi negatif mereka lebih buruk, bahkan ketika mereka diminta untuk berpikir positif."

Studi ini memfokuskan pada perempuan karena mereka kemungkinan dua kali lebih cemas dibanding lak-laki dan perbedaan jenis kelamin dilaporkan sebelumnya dalam struktur dan fungsi otak bisa mengaburkan hasil.

Moser mengatakan temuan memiliki implikasi dalam cara pemikir negatif mendekati situasi sulit. "Anda tidak bisa hanya memberitahu teman Anda untuk berpikir positif atau untuk tidak khawatir, yang mungkin justru tidak akan membantu mereka," katanya.

"Jadi, Anda perlu mengambil taktik lain dan mungkin meminta mereka untuk memikirkan masalah dalam cara yang berbeda dan menggunakan strategi yang berbeda."

Pemikir negatif juga bisa berlatih berpikir positif, meskipun Moser menilai upaya itu akan mamakan banyak waktu, bahkan usaha untk mulai membuat perbedaan. (*)

Editor: Roelan