Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Petunjuk Baru tentang Autisma Ditemukan di Dalam Sel Otak
Oleh : Redaksi
Kamis | 03-04-2014 | 10:37 WIB
brain cell.jpg Honda-Batam
Para ilmuwan di Washington University School of Medicine mempelajari proses belajar, interaksi sosial dan fungsi mental lainnya pada orang dengan autisma yang dapat dipengaruhi oleh reseptor di dalam sel-sel otak. Jenis reseptor mereka mempelajari berwarna hijau pada permukaan sel ini. Di dalam sel itu mencakup membran yang berwarna merah. (Foto: Yuh - Jiin I Jong)

BATAMTODAY.COM - Masalah orang dengan autisma yang berhubungan dengan pembentukan memori, berpikir tingkat tinggi dan interaksi sosial, sebagiannya mungkin disebabkan oleh aktivitas reseptor di dalam sel-sel otak. Demikian yang dipelajari para peneliti di Washington University School of Medicine di St Louis.

Dikutip dari newsroom Washington University, para ilmuwan sudah menyadari bahwa jenis reseptor tersebut adalah kontributor potensial untuk masalah di atas -ketika berada di permukaan sel-sel otak. Sampai saat ini, peran dari reseptor jenis yang sama yang terletak di dalam sel, masih belum diketaui. Jumlah reseptor dalam sel secara signifikan lebih banyak dibanding reseptor pada permukaan sel.

Reseptor yang diteliti, dikenal sebagai reseptor mGlu5, menjadi aktif ketika mengikat neurotransmitter glutamat, yang berhubungan dengan proses belajar dan mengingat. Hal ini menyebabkan reaksi berantai yang mengubah sinyal glutamat ke dalam pesan yang "menjelajah" di dalam sel otak.

Dalam studi baru itu, para ilmuwan yang bekerja dengan cawan petri dengan reseptor mGlu5 di dalam sel, mengurangi "volume" (sinyal) ketika sel-sel otak berkomunikasi satu sama lain. Perubahan volume ini, yang penting untuk belajar dan mengingat, bisa berlebihan pada orang dengan autisma.

Beberapa perusahaan farmasi telah mengembangkan senyawa terapeutik untuk mengurangi sinyal yang terkait dengan reseptor mGlu5, menyeimbangkan dampaknya pada tombol-tombol volume sel-sel otak. Tapi senyawa itu dirancang untuk reseptor mGlu5 di permukaan sel, sementara para ilmuwan penasaran apakah obat tersebut bisa mencapai reseptor di dalam sel.

"Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa untuk mendapatkan manfaat terapeutik terbesar, kita mungkin perlu untuk memastikan untuk memblokir semua jenis reseptor, baik di dalam maupun di permukaan sel," kata peneliti senior, Karen O'Malley PhD, profesor neurobiologi.

Temuan yang dipublikasikan dalam The Journal of Neuroscience ini menambah dimensi baru yang signifikan untuk memahami fungsi sel otak dasar. Para ilmuwan telah lama mengasumsikan bahwa reseptor sel otak hanya aktif pada permukaan sel.

Studi baru ini juga menunjukkan bahwa reseptor dapat aktif di dalam sel, dan efek reseptor ini bisa jauh berbeda dibandingkan reseptor yang sama yang terletak pada permukaan sel otak.

"Ketika kami membandingkan berapa banyak reseptor mGlu5 berada di permukaan dan di dalam sel, kami melihat lebih banyak reseptor di dalam sel -setidaknya 50 persen lebih banyak. Bahkan dalam beberapa kasus bisa mencapai 90 persen lebih banyak. Karena itu kita bertanya-tanya apakah reseptor interior memiliki fungsi yang terpisah," tulis O'Malley.

Dalam studi sebelumnya, O'Malley dan kolaboratornya menunjukkan bahwa reseptor mGlu5 di permukaan sel mengirim pesan yang berbeda dari reseptor yang sama di dalam sel.

Para ilmuwan tahu bahwa kebanyakan studi autisma dilakukan dengan senyawa reseptor mGlu5 yang terblokir sehingga tidak bisa masuk ke sel. Untuk menentukan apakah reseptor di dalam yang diblokir akan memiliki efek yang berbeda, O'Malley berkolaborasi dengan Yukitoshi Izumi MD PhD, profesor riset psikiatri, dan Charles F Zorumski MD, Samuel B Guze Profesor dan Kepala Departemen Psikiatri, yang mempelajari model pembelajaran dan mengingat berbasis sel.

Ketika para ilmuwan meneliti sistem model ini menggunakan senyawa yang memungkinkan mereka hanya untuk mengaktifkan reseptor mGlu5 dalam sel, mereka menemukan bahwa reseptor ini memainkan peran lebih besar dalam mengecilkan volume komunikasi sel otak daripada reseptor permukaan sel.

Dalam beberapa tahun terakhir, para ilmuwan telah menemukan bahwa 20 atau lebih jenis reseptor sel otak yang terletak pada permukaan sel juga hadir pada tingkat tinggi dalam sel, terang O'Malley.

"Ini harus menjadi faktor dipertimbangkan ketika kita merancang obat untuk menargetkan reseptor sel otak, apakah kita ingin mencapai reseptor permukaan sel, reseptor di dalam sel atau keduanya?" jelas O'Malley. (*)

Editor: Roelan