Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

WHO Peringatkan, Lima Juta Orang Diperkirakan Terinfeksi TB yang Kebal Obat pada 2015
Oleh : Redaksi
Jum'at | 21-03-2014 | 08:22 WIB

BATAMTODAY.COM - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengumumkan adanya strain super Tuberkulosis (TB) yang benar-benar tahan terhadap obat apapun.


Melalui situs resminya, WHO menjelaskan bagaimana diagnosis global yang minim dan pengobatan strain TB asli diperbolehkan untuk strain baru, berkembang dan menyebar dengan cepat.


Kini WHO berusaha mencari solusi agar masalah ini tidak mengglobal dan di luar kendali.

TB adalah penyakit menular yang menyerang paru-paru. Penyakit ini dapat menyebar melalui bakteri yang dilepaskan ke udara melalui bersin atau batuk orang lain.

Gejala TB meliputi demam ringan, batuk terus-menerus, keringat malam, dan penurunan berat badan yang tidak disengaja. Faktor-faktor yang membuat Anda paling berisiko untuk tertular penyakit ini adalah: sistem kekebalan tubuh yang lemah, tinggal di pemukiman padat dan ventilasi yang buruk, bekerja di sebuah perawatan kesehatan atau kamp pengungsi, atau bepergian ke suatu daerah di mana TB sedang melanda.

WHO melaporkan, pada 2012, setengah juta orang terinfeksi dengan TB yang resistan terhadap obat, yang dikenal sebagai MDR-TB (multidrug resistant-TB). Namun diperkirakan, kurang dari seperempat dari kasus yang sebenarnya yang didiagnosis dengan benar.

WHO kini telah mengklarifikasi MDR - TB sebagai risiko keamanan kesehatan global dan memperkirakan bahwa sebanyak lima juta orang akan terinfeksi dengan penyakit ini pada tahun 2015.

Secara tradisional telah sulit untuk mendiagnosis TB. Banyak sekali gejala tersebut menepis sebagai penyakit lain, dan mereka yang terinfeksi malah salah diobati atau sama sekali tak berobat.

Bagi orang-orang yang diuji untuk TB, hasilnya bisa memakan waktu hingga dua bulan. Dalam kesenjangan antara infeksi dan diagnosis, penderita tersebut sudah lebih dulu menyebarkan bakteri infeksi.

Sebelumnya, diagnostik dan pengobatan penyakit ini sangat penting. "Ini meningkatkan kemungkinan orang mendapatkan pengobatan yang tepat dan menjadi sembuh, dan berhenti menyebarkan penyakit yang resistan terhadap obat ini, " kata Margaret Chan, Direktur Jenderal WHO.

WHO mengambil tindakan serius untuk mencoba dan mengendalikan MDR-TB. Tes baru telah dikembangkan yang mampu diagnosis TB lebih cepat.

Namun, tetap sulit untuk mendapatkan teknologi untuk wilayah di belahan dunia yang paling membutuhkannya. "Expand-TB" ( memperluas akses ke diagnosis baru untuk TB) adalah proyek internasional yang diciptakan untuk membantu meningkatkan kesadaran dan melawan superbug TB. Negara-negara yang terlibat dengan program tersebut telah melihat jumlah mereka dari kasus didiagnosis TB meningkat tiga kali lipat.

Karena itulah Mario Ravigione, Direktur Program TB Global WHO, yakin bahwa "Expand" proyek ini akan memiliki dampak diagnosis TB global yang dramatis dan mungkin bisa membantu untuk terhindar dari bencana.

"Peningkatan kapasitas dan penurunan harga (obat) berarti bahwa kita dapat menjangkau lebih banyak orang," kata Ravigione. (*)

Editor: Roelan