Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Manajemen PT SMOE Berdalih Tak Tahu Ada Pemotongan Insentif
Oleh : Hadli
Jum'at | 14-03-2014 | 18:08 WIB
smoe_rusuh2.jpg Honda-Batam
Kerusakan d PT SMOE usai rusuh buruh tadi pagi.

BATAMTODAY.COM, Batam - Herry Pranata, HRD Manager PT SMOE, membantah tudingan buruh yang melakukan protes terkait pemotongan upah prestasi atau insentif secara sepihak. Menurutnya, manajemen SMOE tidak mengetahui adanya pemotongan tersebut.

Herry juga membantah pemicu rusuh di perusahaannya akibat pemotongan upah prestasi atau insentif. Pemicu kerusuhan tersebut, menurutnya, adalah rekanan PT SMOE, yakni PT Beathel yang mempekerjakan 3.000 buruh SMOE untuk proyek APLMG.

Oleh PT Bechtel, 3.000 karyawan PT SMOE tersebut diberikan insentif sesuai dengan tingkatan pekerjaan masing- masing karyawan. Namun, tanpa sepengetahuan SMOE, Bechtel membuat kebijakan sendiri untuk memotong 20 persen insentif seluruh karyawan tersebut bila terdapat 20 karyawan yang melakukan pelanggaran setiap minggunya.

"Yang membuat ribut adalah sistem pemberian insentifnya ini agak diperketat. Bila ada 20 orang karyawan yang melanggar selama seminggu, pihak Bechtel memotong insentif mereka hingga 20 bahkan sebanyak 25 persen. Pemotongan dilakukan kepada seluruh karyawan meskipun 20 orang melakukan pelanggaran kebijakan perusahaan tersebut," katanya.

Anehnya, terkait adanya pemotongan hingga 25 persen, Harry malah mengatakan sama sekali tidak diketahui oleh pihak manajemen PT SMOE selaku pihak yang membayarkan gaji dan insentif 3.000 karyawan tersebut.

"Kita hanya juru bayar. Apapun laporan yang diberikan oleh Bechtel, itu yang kita bayarkan. Karena laporan tersebut berdasarkan penilaian dan perhitungan mereka dari masing- masing kepala unit kerja, tidak ada campur tangan SMOE. Jadi bukan kita mau membela diri, tapi karena kita tidak tahu adanya sistim seperti ini," kata Herry lagi.

Menurut Herry, dengan adanya aksi lebih kurang 1.000 pekerja yang mewakili 3.000 buruh, maka pihak manajemen PT SMOE akan melakukan pertemuan dengan pihak Bechtel untuk mencari jalan keluar atas permasalahan tersebut.

"Kalau menurut saya, sistemnya harus diubah. Karena dengan sistem seperti ini, pekerja merasa tidak adil. Hanya beberapa orang yang melakukan pelanggaran, kenapa semua pekerja kena imbasnya. Hari Senin besok, kita akan adakan rapat dengan Bechtel untuk membahas tuntutan buruh ini. Dan sementara waktu, pekerja kita liburkan dulu sampai Minggu. Dan akan kita sapaikan pada Senin mendatang setelah mendapat hasil," kata Herry.

Sementara itu, keterangan dari tulisan buruh di salah satu tiang lobby PT SMOE, bahwa untuk insentif pekerja jabatan fitter dipotong berkisar Rp480 ribu, sedangkan helper sebesar Rp150 ribu.

Andri, salah satu pekerja, mengaku pemotongan terjadi sejak tahun 2013 lalu hingga Februari 2014. Pemotongan juga beragam, sesuai dengan jabatan masing-masing buruh.

Editor: Dodo