Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

BNPB Minta Penduduk Tak Keluar Rumah Jika Tak ada Kepentingan

DPR Nilai Pembakaran Hutan di Riau Kejahatan Luar Biasa
Oleh : Surya
Jum'at | 14-03-2014 | 08:32 WIB

BATAMTODAY.COM, Jakarta -  Badan Nasional Penanggulan Bencana (BPNB) menilai kualitas udara di Riau sudah pada level sangat berbahaya bagi kesehatan. Karena itu, BNPB menghimbau agar masyarakat tidak keluar rumah apabila tidak ada kepentingan yang mendesak.

"Polusi udara yang disebabkan oleh kebakaran hutan telah menimbulkan kabut asap yang tebal. Ini sudah pada level yang sangat berbahaya. BNPB meminta agar penduduk menghindari keluar rumah kecuali untuk keperluan yang mendesak," kata Sutopo Nugroho, Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB di Jakarta, Kamis (13/2/2014).

BNPB, kata Sutopo, sudah menerima data dan informasi sebanyak 50 ribu penduduk Riau sudah menderita gangguan pernafasan atau penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). "Jumlah penduduk yang sakit gangguan pernafasan terus bertambah seperti ISPA, iritasi kulit, asma, iritasi mata dan pneumonia, akibat dampak kebakaran hutan di Riau terus meluas,"  katanya.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Riau, kata Sutopo, bahwa  penderita ISPA yang memiliki jumlah paling banyak penderitanya, dari 18.893 jiwa pada 26 Februari 2014, meningkat 2 kali lipat menjadi 43.463 jiwa pada 12 Maret 2014.

"Kabupaten yang paling banyak penderita ISPA adalah Rokan Hilir dan Pekanbaru dengan jumlah penderita > 5.000 orang," katanya.

Selanjutnya, daerah dengan jumlah penderita ISPA 2.000-5.000 orang adalah Rokan Hulu, Kota Dumai, Bengkalis, Kampar, Siak dan Pelalawan. Sedangkan wilayah dengan penderita < 2.000 orang adalah Meranti, Indragiri Hilir, Indragiri Hulu, dan Kuansing.

Sementara untuk penderita gangguan akibat kabut asap lainnya juga tercatat mengalami kenaikan dari 26 Pebruari-12 Maret 2014. Pada 26 Pebruari 2014, penderita iritasi kulit tercatat 650 jiwa, penderita asma 451 jiwa, penderita iritasi mata 337 jiwa, penderita penumonia 326 jiwa.

"Pada tanggal 12 Maret 2014 meningkat menjadi 2.192 jiwa penderita iritasi kulit,  1.621 jiwa penderita asma,  1.506 jiwa penderita iritasi mata, 809 jiwa penderita penumonia," ungkapnya.

Sutopo mengatakan, dilihat dari titik hotspot yang ada terlihat bahwa mayoritas hotspot saat ini berada di wilayah bagian utara dan angin bertiup dari utara dan timur (timur laut). Sehingga daerah yang sangat terdampak adalah daerah yang berada di selatan seperti Pekanbaru.

"Dampak pembakaran lahan dan hutan di Riau makin meluas. Hampir keseluruhan wilayah di Riau dan Sumatera Barat (Sumbar) tertutup kabut oleh kabut asap," katanya.

Arah angin yang dominan dari timur laut ke barat daya, lanjutnya, membawa asap  dan menyebabkan asap meluas. "Asap kebakaran lahan dan hutan di Malaysia sebagian juga menyebar ke Selat Malaka dan wilayah Riau," katanya.

Sutopo mengungkapkan, dari pantauan satelit NOAA18 terdapat 46 titik api dan dari satelit Modis ada 137 titik di Riau pada Kamis (13/3).  Namun, titik api ini lebih rendah dibandingkan dengan data sehari sebelumnya ada 168 titik dari NOAA18 dan 2.046 titik dari Modis.

"Tetapi dampaknya tetap menimbulkan jarak pandang hanya 300 meter di Pekanbaru pada pukul 08-12 Wib. Kondisi kualitas udara sudah pada level berbahaya di sebagian besar daerah di Riau," katanya.

Menurut Sutopo, BNPB telah diperintahkan Presiden untuk meningkatkan penegakan hukum dalam mengatasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Riau. Yakni dengan menambah 582 personil dari Polri dan PPNS di Kemhut dan KLH.

"Satgas ini akan memburu para perambah hutan dan pembakar lahan dan hutan. Tahapan prosedur penegakan hukum diharapkan dapat dipercepat," katanya.

Kejahatan luar biasa
Sementara itu,  Kepala BNPB Syamsul Maarif, telah meminta PPNS di Kemhut, KLH, Kemtan dan Pemda lebih intensif dalam penegakan hukum. Penegakan hukum diterapkan sebagai bagian dari pengurangan risiko bencana dan mitigasi sehingga ruang gerak individu atau kelompok yang membakar menjadi tidak leluasa.

"Untuk mengatasi bencana asap di Riau maka besok Jumat pagi (14/3, hari ini-red) ) akan dikerahkan pesawat Hercules C-130 untuk modifikasi cuaca dengan homebase Lanud Halim PK, Jakarta. Selain itu juga akan dioperasikan enam unit ground based generator sistem sprayer di bandara SSK II Pekanbaru untuk mengurangi kepekatan asap sehingga jarak pandang di bandara diharapkan dapat lebih baik dan penerbangan dapat dilakukan," katanya.

Anggota Komisi III DPR  Taslim Chaniago meminta penegak hukum tidak setengah hati dalam pengusutan kasus pembakaran hutan di Riau. "Pelaku harus dihukum berat, karena pembakaran hutan di Riau sudah sering terjadi, dan mana efek jeranya," kata Taslim.

Taslim menilai tidak adanya ketegasan dalam penegakan hukum pelaku pembakaran di Riau menyebabkan kejadian terus berulang. Padahal  kebakaran di Riau sudah bisa dikategorikan kejahatan yang luar biasa. Sebab, dampak kabut asap yang ditimbulkannya sudah meresahkan jutaan jiwa masyarakat, terutama di provinsi Riau sendiri dan Sumatra Barat.

Akibat kabut asap, puluhan ribu siswa sekolah terpaksa diliburkan karena dikhawatirkan akan mengganggu kesehatan. Banyak masyarakat terkena Ispa, dan bahkan banyak juga dengan terpaksa berhenti sementara untuk bekerja.

Selain itu dampak ekonominya, sejak beberapa waktu belakangan ini banyak meskapai penerbangan yang tidak bisa terbang akibat kabut asap.

"Coba dibayangkan berapa kerugian yang ditimbulkan, jika dikalkulasikan berapa kerugiannya," ujar nya.

Menyusul kabut tersebut sudah sangat meresahkan, Taslim menegaskan penegak hukum harus menghukum seberat-beratnya para pelaku pembakaran tersebut. Dan jika ada perusahaan yang terlibat, pihak berwenang secara tegas harus mencabut izinnya.

"Ini tidak bisa ditolerir lagi, jika penegakan hukum tidak tegas, saya yakin kejadian seperti ini akan terus terjadi," ujar taslim.

Editor: Surya