Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Peneliti Tunjukkan, Vitamin D Aktifkan Hormon Perilaku di Otak
Oleh : Redaksi
Rabu | 12-03-2014 | 07:27 WIB

BATAMTODAY.COM - SEBUAH penelitian terbaru oleh Rhonda Patrick PhD dan Bruce Ames PhD dari Rumah Sakit Anak Oakland Research Institute (Chori), menunjukkan dampak Vitamin D terhadap perilaku sosial yang terkait dengan Autism Spectrum Disorder (ASD). Dr Patrick dan Dr Ames menunjukkan bahwa serotonin, oksitosin, dan vasopressin -tiga hormon otak yang mempengaruhi perilaku sosial- semuanya diaktifkan oleh hormon vitamin D.

Autisma, yang ditandai dengan perilaku sosial abnormal, sebelumnya telah dikaitkan dengan rendahnya tingkat serotonin di otak serta tingkat vitamin D yang rendah. Namun belum ada mekanisme yang menghubungkan keduanya sampai sekarang.

Dikutip dari warta Medical News Today, dalam penelitian ini Dr Patrick dan Dr Ames menunjukkan bahwa hormon vitamin D mengaktifkan gen yang membuat enzim triptofan hidroksilase 2 (TPH2), yang mengubah tryptophan asam amino esensial di otak menjadi serotonin. Hal ini menunjukkan kadar tertentu dari vitamin D mungkin diperlukan untuk menghasilkan serotonin di otak yang membentuk struktur dan jaringan otak, yang bertindak sebagai neurotransmitter, serta mempengaruhi perilaku sosial.

Mereka juga menemukan bukti bahwa gen yang membuat enzim triptofan hidroksilase 1 (TPH1) dihambat oleh hormon vitamin D, yang kemudian menghentikan produksi serotonin dalam usus serta jaringan lain--yang bila kadarnya berlebih bisa memicu peradangan.

Mekanisme ini menjelaskan banyak hal, tetapi sebelumnya tidak dipahami, fakta tentang autisma termasuk:

1) "anomali serotonin" atau rendahnya kadar serotonin di otak namun kadarnya tinggi dalam darah anak-anak autistik;

2) dominasi kelamin laki-laki atas perempuan pada anak-anak autistik: estrogen, suatu hormon steroid yang sama, juga dapat meningkatkan kadar serotonin otak pada anak perempuan;

3) adanya antibodi autoimun di otak janin pada ibu dari anak-anak autistik: vitamin D mengatur produksi sel-T melalui peraturan represi TPH1.

Mekanisme yang dilakukan Patrick maupun Ames relevan dengan pencegahan autisma, dan kemungkinan pengobatannya. Kadar konsentrasi vitamin D yang disarnakan berkisar di atas 30 ng/ml.

Pada kebanyakan orang Amerika, vitamin D dibuat di kulit dari paparan radiasi sinar ultraviolet. Namun pigmen melanin dan tabir surya menghambat tindakan ini. Hal ini menjadi penyebab banyaknya kasus kekuranganan vitamin D di orang Amerika berpigmen gelap, terutama mereka yang tinggal di garis lintang utara.

Hasil survei terbaru dari National Health and Examination melaporkan bahwa lebih dari 70 persen penduduk AS tidak memenuhi persyaratan ini dan kadar vitamin D yang memadai telah menurun drastis selama beberapa dekade terakhir, yang ternyata diiringin oleh peningkatan rata-rata autisma.

Studi ini juga menunjukkan, intervensi diet dengan vitamin D, triptofan dan asam omega 3 akan meningkatkan konsentrasi serotonin di otak dan membantu mencegah -bahkan mungkin memperbaiki- beberapa gejala yang terkait dengan ASD tanpa efek samping.

Memang, hanya ada sedikit vitamin D dalam makanan, dan fortifikasi masih belum memadai seperti jumlah pada sebagian besar multivitamin dan suplemen prenatal. Suplemen vitamin D berharga murah dan menawarkan solusi sederhana untuk meningkatkan kadar vitamin D ke kadar yang memadai. Selain itu, kadar vitamin D harus secara rutin diukur dalam setiap orang dan harus menjadi prosedur standar dalam perawatan prenatal. (*)

Editor: Roelan