Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pemanasan Global Melambat Akibat Pendinginan Samudera Pasifik
Oleh : Redaksi
Selasa | 11-02-2014 | 09:25 WIB

BATAMTODAY.COM - Angin Samudera Pasifik yang lebih kuat ternyata dapat membantu menjelaskan perlambatan laju pemanasan global sejak pergantian abad.

Angin yang lebih kuat dalam 20 tahun terakhir kemungkinan memaksa laut menjadi lebih hangat dan membawa air dingin ke permukaan, papar 10 peneliti dari Amerika Serikat dan Australia yang dipimpin Matthew England, profesor oseanografi dari Universitas New South Wales di Australia, yang dipubliksikan dalam jurnal Nature. Angin tersebut juga telah didinginkan suhu global rata-rata sebanyak 0,2 derajat Celsius (0,36 Fahrenheit) sejak 2001 .

Para ilmuwan telah mencoba untuk mencari tahu mengapa laju pemanasan global telah mereda dalam 20 tahun terakhir, sementara emisi gas rumah kaca terus meningkat. Penelitian itu juga menguraikan teori tentang laut yang menyerap lebih banyak kehangatan dengan menjelaskan bagaimana suhu panas yang bisa berada di laut.

"Efek bersih dari anomali angin ini adalah pendinginan pada 2012 secara global dengan rata-rata suhu udara di permukaan 0,1 - 0,2 derajat Celcius, yang dapat menjelaskan banyak hiatus dalam pemanasan permukaan laut yang diamati sejak tahun 2001," tulis para peneliti. 

Sementara itu Panel Antarpemerintah PBB tentang Perubahan Iklim (UNIPCC) menyatakan pada September lalu, bahwa suhu rata-rata sejak 1998 telah meningkat kurang dari setengah tingkat sejak 1951. Bumi telah dihangatkan dengan rata-rata 0,05 derajat Celcius per dekade sejak 1998, dibandingkan dengan rata-rata sebesar 0,12 derajat selama satu dekade sejak 1951 - 2012 .

"Hiatus ini bisa bertahan selama lebih dari satu dekade sekarang jika tren angin pasat terus terjadi.  Namun pemanasan yang cepat diperlukan untuk melanjutkan tren setelah angin anomali mereda," kata penulis.

"Gunung berapi dan perubahan radiasi matahari juga dapat mendorong dekade dingin di saat pemanasan berlangsung," kata mereka .

Para ilmuwan menggunakan model komputer dan data cuaca untuk mengetahui pengaruh dari angin yang kuat pada sirkulasi laut. Lembaga lain yang terlibat dalam penelitian ini meliputi Pusat Penelitian Atmosfer Nasional di Boulder, Colorado, Universitas Hawaii, US National Oceanic and Atmospheric Administration, dan Australia’s Commonwealth Scientific & Industrial Research Organization.

Sementara itu, sebuah makalah dalam jurnal Geophysical Research Letters pada Mei menemukan bahwa air laut di bawah 700 meter telah menyerap lebih banyak panas sejak 1999. Sementara sebuah studi terpisah di jurnal Nature pada Agustus, hal itu berkaitan dengan hiatus dari pendinginan air permukaan di Pasifik timur. (*)

Editor: Roelan