Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Dua Wabah Terdahsyat di Dunia Masih Ancam Masa Depan
Oleh : Redaksi
Jum'at | 07-02-2014 | 10:12 WIB
black_death.jpg Honda-Batam
Ilustrasi wabah Black Death yang menyerang benua Eropa pada Oktober 1347. 

BATAMTODAY.COM, Ontario - Sebuah tim ilmuwan internasional yang menelusuri asal-usul dua wabah yang paling dahsyat di dunia, mengatakan, pandemi yang terjadi ratusan tahun lalu itu disebabkan oleh varian genetik yang sama. Mereka memperingatkan bahwa varian genetik baru bisa memicu wabah pada masa depan.

Para pakar sejarah mencatat, wabah Justinian pertama kali terjadi pada abad ke-6. Pandemi itu berasal dari Cina dan menewaskan 30 sampai 50 juta orang ketika menyebar di Asia, Afrika Utara, Arab dan Eropa antara tahun 1347 dan 1354. Para pakar yakin, wabah yang disebabkan oleh bakteri yang dibawa oleh hewan pengerat itu, ikut meruntuhkan Kekaisaran Romawi.
 
Menurut hasil penelitian yang dirilis tahun 2010 dan 2011, Black Death atau Maut Hitam menewaskan sekitar 75 sampai 200 juta orang di Eropa dan Afrika Utara. Pakar mengatakan wabah lebih tangguh yang juga berasal dari Asia ini muncul kembali pada tahun 1800-an. Wabah Justinian dan Maut Hitam disebabkan oleh varian genetik berbeda dari bakteri yang sama.
 
Para pakar menghubungkan temuan genetik dari kedua pandemi itu dengan menggali dan menganalisa DNA jasad orang-orang yang meninggal dalam periode wabah Justinian dan Maut Hitam.

Hendrik Poinar, ahli DNA purba Universitas McMaster di Ontario, Kanada, mengatakan bakteri yang menyebabkan wabah itu ditularkan oleh hewan pengerat. Dalam sebuah wawancara, Poinar mengatakan bahwa sumber Maut Hitam tetap ada di antara orang yang hidup di Madagaskar dan Barat Daya Amerika, pertanda ketahanan bakteri itu.

"Wabah yang ada saat ini pada tupai atau anjing padang rumput di Barat Daya Amerika, semua keturunan Maut Hitam. Jadi, Maut Hitam jauh lebih sukses dalam penyebaran ke seluruh dunia sedangkan Justinian muncul dan pada dasarnya musnah dengan sendirinya."
 
Seperti penyakit menular lainnya, Poinar mengemukakan pentingnya pengawasan untuk memastikan wabah tidak menjadi pandemi. Poinar mencatat bahwa kota-kota saat ini jauh lebih bersih daripada beberapa abad yang lalu dan ada hal yang katanya akan mengurangi kemungkinan pandemi itu muncul kembali.
 
"London tahun 1348 mungkin adalah tempat yang kotor. Dan sekarang, kita punya anti biotik yang dapat melawan epidemi tersebut. Dan tentu kota-kota kita dalam kondisi yang lebih baik dan mampu menghadapi serangan seperti itu," tambah Poinar.

Pemantauan daerah sumber wabah itu sangat penting, kata Poinar, terutama karena pemanasan global dapat membuat hewan pengerat mencari makanan dan air ke daerah permukiman.
 
Artikel para periset Kanada, Australia dan Amerika tentang asal usul wabah ini dimuat dalam jurnal The Lancet Infectious Disease. (*)

Sumber: VoA