Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Awal 2014, Inflasi Kepri Meningkat Akibat Tingginya Gelombang Laut dan Letusan Gunung Sinabung
Oleh : Roni Ginting
Selasa | 04-02-2014 | 17:55 WIB
Kepala_Perwakilan_BI_Kepri_Gusti_Raizal_eka_Putra-2_(1).jpg Honda-Batam
Gusti Raizal Eka Putra, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepri.

BATAMTODAY.COM, Batam - Tekanan inflasi di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) pada awal 2014 meningkat sesuai dengan pola musiman yang dipengaruhi oleh faktor cuaca.

Pada Januari 2014, inflasi di Kota Batam tercatat sebesar 0,73 persen (mtm) atau 7,61 persen (yoy), sementara inflasi di Kota Tanjungpinang tercatat sebesar 1,26 persen (mtm) atau 8,67 persen (yoy). Dengan mempertimbangkan bobot masing-masing kota berdasarkan indeks tahun dasar 2012, inflasi di Provinsi Kepri mencapai 0,81 persen (mtm) atau 7,76 persen (yoy).

"Inflasi bulanan Kota Batam lebih rendah dibanding inflasi nasional yang mencapai 1,07 persen (mtm) atau 8,22 persen (yoy), sementara inflasi di Kota Tanjungpinang lebih tinggi dibanding inflasi nasional," kata Gusti Raizal Eka Putra, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepri, Selasa (4/1/2014).

Lanjutnya, faktor cuaca berupa curah hujan dan gelombang laut tinggi sangat mempengaruhi laju inflasi di bulan Januari 2014. Curah hujan yang tinggi menyebabkan penurunan terhadap produksi sayur-sayuran di daerah penghasil seperti Jawa, Sumatera Utara, dan wilayah Kabupaten Bintan. 

Penurunan produksi sayuran di Sumatera Utara juga disebabkan oleh letusan Gunung Sinabung yang belum mereda sampai dengan akhir Januari 2014.

Sementara itu, gelombang laut yang tinggi sampai dengan 5 meter di perairan Provinsi Kepri cukup mengganggu aktivitas pelayaran. Waktu pelayaran menjadi lebih lama hingga dua hari dan memicu kenaikan harga. Untuk kelompok bahan makanan terutama sayur-sayuran seperti cabe rawit, tomat buah, dan kacang panjang mencatatkan kenaikan harga yang signifikan.

"Tekanan inflasi juga bersumber pada kelompok transpor, komunikasi, dan keuangan serta kelompok sandang menjelang libur panjang pada perayaan Imlek. Permintaan transportasi yang naik telah mendorong kenaikan harga tiket transportasi terutama pesawat udara. Sementara dari kelompok sandang, harga emas perhiasan juga tercatat naik," terang Raizal.

Ke depan, tekanan inflasi diprakirakan akan turun baik di Kota Batam maupun Kota Tanjungpinang. Gangguan transportasi akibat faktor cuaca diperkirakan akan mereda. Curah hujan akan sedikit turun dan gelombang laut juga tidak setinggi bulan sebelumnya. 

Dari sisi permintaan, akan terjadi koreksi karena tidak ada lagi hari raya atau peristiwa besar yang dapat memicu peningkatan permintaan. "Dengan memperhitungkan bobot kota, inflasi Provinsi Kepri pada Februari 2014 diprakirakan berada di kisaran angka 0,4 persen sampai 0,6 persen (mtm)," ujarnya.

Selanjutnya untuk meminimalkan tekanan inflasi ke depan, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan konektivitas Provinsi Kepri dengan sentra produksi pangan di wilayah sekitar sehingga aktivitas pelayaran dapat dilakukan dengan armada yang lebih besar dan lebih efisien.

"Di samping itu, upaya produksi pertanian terutama sayuran perlu ditingkatkan, sementara untuk memperlancar distribusi, perlu dilakukan upaya revitalisasi pasar induk," tutup Raizal. (*)

Editor: Roelan