Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Imlek dan Gelombang Tinggi Picu Inflasi di Kepri
Oleh : Roni Ginting
Jum'at | 03-01-2014 | 20:30 WIB
Kepala_Perwakilan_BI_Kepri_Gusti_Raizal_eka_Putra-2_(1).jpg Honda-Batam
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kepulauan Riau, Gusti Raizal Eka Putra. (foto: dokumen/BATAMTODAY.COM)

BATAMTODAY.COM, Batam - Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kepulauan Riau, Gusti Raizal Eka Putra, mengatakan, tekanan inflasi di Kota Batam maupun Tanjungpinang ke depan diperkirakan masih tinggi. Hal itu dipengaruhi perayaan Imlek dan hambatan distribusi makanan segar akibat potensi gelombang laut pasang.

"Dengan memperhitungkan bobot kota, inflasi di Provinsi Kepri pada Januari 2014 diperkirakan di kisaran angka 0,8 persen sampai 0,9 persen," kata Gusti, Jumat (3/1/2014).

Menurutnya, pengendalian inflasi tersebut di Provinsi Kepulauan Riau dapat dilakukan dengan mengurangi ketergantungan pasokan bahan makanan dari luar wilayah Kepri melalui peningkatan produksi komoditas pangan yang dapat dikembangkan di Kepri, seperti cabe merah dan sayur-sayuran dengan pemanfaatan lahan pekarangan dan lahan kosong.

Terobosan lain yang dapat dilakukan, imbuh Gusti, adalah dengan mengupayakan sumber pasokan bahan makanan dari daerah-daerah terdekat yang potensial untuk meminimalkan gangguan cuaca.

"Selain itu, pemerintah kabupaten/kota perlu segera membentuk Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) untuk memperkuat upaya pengendalian inflasi di daerah," imbuhnya.

Dia merinci, tekanan inflasi di Provinsi Kepulauan Riau di penghujung tahun 2013 mengalami peningkatan yang dipicu oleh kenaikan harga bumbu-bumbuan, ikan segar, dan sayuran, terutama karena ketidaklancaran jalur distribusi laut akibat gelombang tinggi serta faktor musiman meningkatnya permintaan di akhir tahun.

Pada Desember 2013, inflasi di Provinsi Kepri tercatat sebesar 0,63 persen (mtm) atau 8,24 persen (yoy). Angka inflasi bulanan Kepri lebih tinggi dari angka nasional yang tercatat sebesar 0,55 persen, sementara secara tahunan masih di bawah angka nasional yang mencapai 8,38 persen. (*)

Editor: Roelan