Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

KPAI Sebut 2013 sebagai Tahun Darurat Kekerasan Seksual Anak
Oleh : Redaksi
Jum'at | 13-12-2013 | 11:47 WIB
photo_(1).jpg Honda-Batam
Foto ilustrasi.

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Kekerasan seksual terhadap anak saat ini berada pada titik yang sangat mengerikan, baik kuantitas maupun kualitasnya. Menurut Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Badriyah Fayumi, selama tiga tahun, rata-rata 45 anak mengalami kekerasan seksual setiap bulannya. 

Kejahatan seksual pada anak sekarang ini sudah pada titik yang sangat sadis dan di luar nalar sehat," ujar Fayumi.

Bayi sembilan bulan, balita dan anak Sekolah Dasar, menurut Badriyah Fayumi, sudah menjadi korban dan meninggal dengan penyakit yang akut sebagai dampak kekerasan seksual. Dia mengatakan pelaku kekerasan seksual seringkali justru orang yang memiliki hubungan dekat dengan anak seperti orang tua, kakak atau adik, keluarga, tetangga, teman sepermainan, teman sekolah, dan guru di sekolah.


Akibat Pornografi

Dari sisi usia, tambah Fayumi, pelaku kekerasan seksual bukan saja orang dewasa tetapi juga anak di bawah umur. Derasnya arus pornografi menyebabkan semakin muda usia anak pelaku kekerasan seksual.

Ia mencontohkan pada awal November 2013 saja di Situbondo, seorang anak kelas 6 Sekolah Dasar (SD) memperkosa tetangganya yang masih berusia balita akibat sering menonton video porno.

Kemudahan mengakses materi pornografi lanjutnya merupakan salah satu faktor penyebab meningkatnya perilaku seks berisiko khususnya pada anak yang sudah memasuki masa remaja.

Fayumi juga mengungkapkan anak korban kekerasan seksual selain kurang mendapatkan perlindungan hukum juga mengalami gangguan tumbuh kembang seperti trauma psikologis, depresi yang mendalam serta kerap mendapatkan stigma negatif  dan tak jarang dikeluarkan dari sekolah.

"Tahun ini darurat kejahatan seksual. Dasarnya kejahatan seksual yang terjadi saat ini sudah di luar batas perikemanusiaan dan di luar batas nalar akal yang sehat. Secara kuantitatif juga mengalami peningkatan. Anak-anak pelaku kejahatan seksual semakin muda usiannya. Itu dari usia korban dan pelaku semakin muda. Bentuk kejahatannya pun sudah mulai mengerikan. Belum lagi bentuk kejahatan seksual online," jelas Badriah Fayumi.

Survei yang dilakukan Yayasan Kita dan Buah Hati menyebutkan, 76 persen anak kelas 4 hingga 6 SD di Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang dan Bekasi  (Jabodetabek) sudah pernah  melihat konten pornografi. Sebagian besar anak mengunduh konten porno justru dari rumah mereka sendiri karena tidak sengaja, sementara sebagian lain mengunduh konten porno dari warnetm telpon genggam atau dari teman.

Fayumi meminta pemerintah memperhatikan dan melakukan langkah-langkah khusus dan mempercepat tindakan untuk melindungi anak dari kekerasan seksual dan pornografi.

Masyarakat, keluarga dan orang tua, menurut Fayumi, perlu ditingkatkan pemahaman dan kapasitasnya dalam mengenali dan merespon pola-pola terkini kekerasan seksual dan pornografi, serta berperan aktif khususnya dalam pencegahan kekerasan seksual pada anak dan pornografi.

"Melakukan tindakan pencegahan,penanganan dan pemulihan terhadap anak di lingkungan-lingkungan terdekat anak yaitu di lingkungan sekolah, di lingkungan keluarga, di lingkungan RT/RW, di tempat bermain. Nah pencegahannya kaalau di sekolah ada sekolah ramah anak, kalau di RT ada RT/RW ramah anak," tambahnya.

Pemblokiran Situs Porno Belum Berpengaruh
Sementara itu Juru Bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika, Gatot Dewa Broto, mengakui pemblokiran internet yang dilakukan kementeriannya belum banyak berpengaruh sehingga anak masih bisa mengunduh materi pornografi.

Meski demikian, Kementerian Komunikasi dan Informatika, lanjut Gatot, terus berusaha keras melakukan pemblokiran terhadap situs pornografi. Menurutnya saat ini sudah sekitar 1 juta situs pornografi yang berhasil di blokir. Kementeriannya kata Gatot juga telah bekerjasama dengan sejumlah pihak termasuk sejumlah kementerian untuk mengatasi masalah pornografi ini.

"Data yang kami peroleh per 2009, itu yang muncul per menit 28 hingga 30 ribu laman konten pornografi , ini muncul-muncul terus. Memang angka 1 juta masih terlalu kecil. Kadang-kadang tergantung edukasi makanya pemblokiran bukan satu-satunya. Kami melakukan edukasi bahkan pak Tifatul turun langsung , ada yang namanya internet goes to mall, berinteraksi langsung di sejumlah mall karena di mall itu segmentasinya beragam," kata Gatot. (*)

Sumber: VoA