Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Mikol Akan Dibatasi di Singapura Pasca-kerusuhan
Oleh : Redaksi
Rabu | 11-12-2013 | 14:21 WIB
beer(1).jpg Honda-Batam
Foto ilustrasi.

BATAMTODAY.COM, Singapura - Minuman beralkohol (mikol) disebut sebagai salah satu pemicu kerusuhan di kawasan Little India, Singapura, pada Minggu (8/12/2013) malam kemarin.

Kementerian Dalam Negeri Singapura, dalam pernyataannya mengatakan akan melarang peredaran minuman keras di Little India pada Sabtu dan Minggu untuk menjamin terciptanya ketenangan.

Sementara, melalui laman Facebook, Menteri Transportasi, Lui Tuck Yew, menganggap konsumsi minuman beralkohol kemungkinan menjadi faktor pemicu huru-hara menyusul peristiwa tabrak-mati seorang pria India berusia 33 tahun oleh sebuah bus yang dikemudikan warga Singapura. Sebanyak 24 orang menjadi tersangka kerusuhan.

"Kita harus melihat dengan saksama seberapa besar sumbangan alkohol dalam kerusuhan tadi malam," tulis Lui lewat Facebook. 

"Ada terlalu banyak toko yang menjual minuman keras di kawasan itu dan kita harus membatasi jumlah minuman beralkohol yang boleh dijual, di mana meminumnya, dan kapan waktu yang dibolehkan untuk mengonsumsinya."

Singapura adalah negeri yang toleran terhadap akivitas minum-minum di tempat umum. Tetapi, pemerintah sebenarnya telah lama mempertimbangkan pembatasan penjualan minuman beralkohol di wilayah favorit para pekerja migran, termasuk di antaranya Little India guna mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

Bulan lalu, pemerintah melakukan jajak pendapat yang salah satu poinnya berkaitan dengan larangan konsumsi alkohol di sejumlah tempat. Pemerintah mengatakan akan mempertimbangkan masukan masyarakat saat menyusun kebijakan mengenai konsumsi alkohol.

Satyen, pekerja sebuah restoran India yang lokasinya berseberangan dengan medan kerusuhan, mengatakan bahwa begitu banyak orang yang memadati kawasan itu sehingga para pemakai jalan akan sulit berkendara pada Minggu malam. 

"Sebagian besar pengunjung memesan minuman beralkohol. Mereka lantas duduk-duduk di tengah udara terbuka," ujarnya. "Kami dapat kebagian banyak masalah."

Beberapa pemilik toko di Little India khawatir kerusuhan akan merusak iklim usaha. Namun, menurut mereka, larangan mengonsumsi alkohol tidak perlu diterapkan.

Kelompok aktivis, Transient Workers Count Too, mewanti-wanti masyarakat yang terlalu banyak melahap informasi mengenai konsumsi alkohol oleh para pekerja asing.

"Kami hanya dapat mengatakan bahwa para pekerja asing telah berkumpul di kawasan itu selama bertahun-tahun untuk minum-minum dan bersosialisasi," demikian pernyataan kelompok itu. "Sejauh yang kami ketahui, selama ini belum pernah ada laporan mengenai perilaku onar." (*)

Sumber: The Wall Street Journal