Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Di Johor, Minggu Bukan Hari Libur
Oleh : Redaksi
Rabu | 04-12-2013 | 12:13 WIB
Johor_or_Singapore.JPG Honda-Batam
Salah satu pusat bisnis di Johor Bahru di Jalan Tun Abdul Razak.

BATAMTODAY.COM, Kuala Lumpur - Keputusan penggantian hari libur mingguan menjadi Jumat dan Sabtu oleh pemerintah negara bagian Johor Bahru, Malaysia, memusingkan komunitas bisnis dan bank. Mereka mengaku kesulitan menyesuaikan proses kerja terhadap ketentuan baru ini.

Berdasarkan keputusan yang dikeluarkan Sultan Johor, Ibrahim Iskandar, pada 19 November kemarin, kantor pemerintahan akan tutup pada Jumat dan Sabtu serta dibuka pada hari Minggu. Keputusan berlaku terhitung sejak 1 Januari 2014. Lewat keputusan baru ini, warga muslim diharapkan dapat menjalankan kewajiban ibadah mereka di hari Jumat.

Nantinya, Johor akan bergabung dengan tiga negara bagian lainnya di Malaysia yang menetapkan hari Jumat sebagai akhir pekan, yakni Kedah, Kelantan dan Terengganu. Perubahan tak bakal berdampak pada Kuala Lumpur, atau sembilan negara bagian lainnya di Malaysia, negara dengan jumlah penganut muslim sekitar 61 persen dari total populasi 28 juta orang.

Meski begitu, keputusan ini memperdalam kecemasan akan islamisasi di Malaysia. Padahal, Barat selama ini menganggap Malaysia sebagai salah satu contoh negara muslim moderat.

Sultan Ibrahim berharap perubahan dapat memberikan lebih banyak waktu ibadah bagi umat muslim di hari Jumat. Apalagi, hari itu merupakan hari tersuci menurut ajaran Islam sekaligus waktu ibadah wajib salat Jumat. Di Johor Bahru, waktu jeda makan siang di hari Jumat lebih panjang dari biasanya.

Keputusan semacam ini memang bukan ihwal baru bagi Malaysia. Namun, kasus Johor menjadi unik karena lokasinya yang berbatasan dengan Singapura. 

Johor juga menjadi rumah bagi kelompok ekspatriat. Beberapa penduduk Singapura setiap hari pulang pergi ke Johor, hanya untuk bekerja.

Selain itu, Johor merupakan kawasan industri penting di Malaysia. Di negara bagian ini terdapat beberapa pabrik kimia dan kilang minyak, juga pusat bisnis serta daerah tujuan wisata seperti taman bermain Legoland.

Beberapa orang khawatir, perubahan hari libur mingguan akan merugikan produksi pabrik. Padahal, sejumlah pabrik mesti memenuhi permintaan eksportir, baik asal Johor sendiri maupun Singapura.

Menanggapi kecemasan ini, Perdana Menteri Johor, Mohamed Khaled Nordin, menyatakan sektor swasta dapat memutuskan antara dua pilihan. Mereka bisa melanjutkan liburan mingguan Sabtu-Minggu, atau mengikuti peraturan baru pemerintah.

Kelompok pebisnis lain mengaku terbuka dengan perubahan kebijakan libur. Meski begitu, keputusan masing-masing eksekutif tetap bergantung pada bank: apakah lembaga peminjam akan menyesuaikan operasi dengan jadwal kerja baru pemerintah Johor atau tidak. (*)

Sumber: The Wall Street Journal