Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Angka Remaja Melahirkan Tinggi, Aktivis Risau
Oleh : Redaksi
Jum'at | 29-11-2013 | 19:35 WIB

BATAMTODAY.COM, Kuala Lumpur - Malaysia mulai merisaukan peningkatan jumlah ibu muda. Peningkatan itu dikhawatirkan terhadap peningkatan pembangunan keluarga negara dan internasional.

Tahun lalu saja , lebih 18.000 remaja melahirkan anak di negara ini. Sebanyak 75 persen di antaranya dilahirkan dari remaja yang menikah, dan sisanya akibat "kecelakaan".

Peningkatan jumlah ibu muda itu bukan tanpa alasan. Menurut Wakil Dana Penduduk Pertumbuhan Bangsa Bersatu (UNFPA) Malaysia, Michelle Gyles-McDonnough, peningkatan jumlah ibu muda itu akan menghilangkan kesempatan kaum perempuan untuk meniti karier tertinggi masing-masing dalam kehidupan, dan selanjutnya meningkatkan tingkat kemiskinan serta berdampak langsung terhadap perekonomian negara.

"Bila seorang remaja perempuan menikah, ia akan menciptakan berbagai masalah. Mulai dari mengakhiri peluangnya dalam pendidikan, mempengaruhi peluang pekerjaan dan karir di masa akan datang, menariknya ke lembah kemiskinan, dan membatasi kemampuannya untuk berkontribusi kepada negara," katanya pada peluncuran laporan Keadaan Penduduk Dunia 2013 "Menjadi Ibu Ketika Kanak-Kanak: Menghadapi Tantangan Kehamilan Remaja".

Menurutnya, perlu adanya pendidikan seks sesuai untuk mendidik masyarakat tentang pentingnya mencegah pernikahan dan kegiatan seks ketika usia muda. Menurut Gyles - McDonnough, pendidikan seperti itu terbukti dapat membimbing anak sehingga menunda keinginan mereka untuk melakukan hubungan seks dan tanggung jawab yang harus mereka pikul akibat perbuatan masing-masing.

Menyalahkan remaja perempuan akibat tidak dapat menyelesaikan masalah karena sebenarnya masyarakatlah yang harus bekerja dengan legislator untuk mendidik orang dan memberi kesempatan kepada mereka untuk memanfatkan potensi diri masing-masing dengan sepenuhnya.

Ketua Lembaga Penduduk dan Pembangunan Keluarga Negara (LPPKN), Tan Sri Napsiah Omar, berharap anggota parlemen memainkan peran aktif dalam mendidik masyarakat untuk mencegah perkawinan anak di daerah masing-masing.

Dia mengatakan Malaysia perlu memberi perhatian terhadap isu ini karena berdampak langsung terhadap masa depan negara.

"Sebagai negara berkembang , masalah ini perlu dibahas dan diselesaikan agar Malaysia tidak kehilangan pemimpin masa depannya," kata dia sambil menambahkan bahwa legislator di negara ini harus bertindak secara serius untuk mengubah persepsi rakyat Malaysia tentang pernikahan anak dan kehamilan remaja. (*)

Sumber: Bernama