Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Cahaya Membantu Mengaktifkan Otak
Oleh : Redaksi
Selasa | 29-10-2013 | 11:31 WIB

BATAMTODAY.COM - Peneliti di University of Montreal dan Brigham and Women's Hospital di Boston, mengungkapkan, cahaya dapat meningkatkan aktivitas otak selama melakasnakan tugas-tugas kognitif, bahkan pada beberapa orang yang benar-benar buta. Temuan ini memberi kontribusi terhadap pemahaman para ilmuwan mengenai otak manusia, karena mereka juga mengungkapkan seberapa cepat dampak cahaya terhadap kognisi.

"Kami terkejut menemukan bahwa otak masih merespon secara signifikan terhadap cahaya pada tiga pasien buta walaupun tak melihat secara visual," kata co-author senior, Steven Lockley, seperti dilansir Medical Xpress.

"Cahaya tidak hanya memungkinkan kita untuk melihat, tapi juga memberitahu otak apakah itu siang atau malam yang pada gilirannya memastikan bahwa fisiologi kita, metabolisme dan perilaku disinkronkan dengan kondisi lingkungan," imbuhnya.

"Untuk spesies diurnal (aktif pada siang hari, berlawanan dengan nokturnal, red) seperti kita, cahaya merangsang aktivitas otak setiap hari -seperti meningkatkan kewaspadaan dan suasana hati, dan meningkatkan kinerja pada tugas-tugas kognitif," jelas co-author senior, Julie Carrier.

Hebatnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa otak pasien tunanetra masih bisa "melihat" atau mendeteksi cahaya melalui fotoreseptor baru dalam lapisan sel ganglion retina, yang berbeda dari batang dan kerucut yang digunakan untuk melihat.

Para ilmuwan percaya, bagaimanapun, bahwa fotoreseptor khusus dalam retina juga berkontribusi terhadap fungsi visual di otak, bahkan ketika sel-sel dalam retina yang bertanggung jawab untuk pembentukan gambar normal, telah kehilangan kemampuan mereka untuk menerima atau memroses cahaya. 

Sebuah studi sebelumnya pada pasien tunggal yang buta, menyarankan bahwa ini memungkinkan, tetapi tim peneliti ingin mengkonfirmasi hasil ini pada pasien yang berbeda. Untuk menguji hipotesis tersebut, tiga peserta diminta untuk mengatakan apakah sebuah cahaya itu hidup atau mati, meskipun mereka tidak bisa melihat cahaya biru yang disorotkan peneliti. 

"Kami menemukan bahwa para peserta memang tidak menyadari warna tersebut, tapi mereka dapat menentukan dengan benar ketika intensitas cahaya diperbesar meskipun tanpa melihatnya," jelas penulis pertama, Gilles Vandewalle.

Langkah berikutnya adalah mencermati apa yang terjadi pada aktivasi otak ketika cahaya berkelebat di mata mereka, pada saat yang sama respon mereka terhadap suara, ikut dimonitor. "Tujuan dari tes kedua ini adalah untuk menentukan apakah cahaya mempengaruhi pola otak yang terkait dengan perhatian - dan itu berhasil," kata penulis pertama, Olivier Collignon.

Akhirnya , para peserta menjalani scan otak dengan MRI Fungsional (FMRI)untuk mencocokkan respon suara dengan respon cahaya di mata mereka. "FMRI lebih lanjut menunjukkan bahwa selama tugas memori pendengaran bekerja, kurang dari satu menit cahaya biru diaktifkan, bagian otak yang penting mengerjakan tugas tersebut. Daerah ini terlibat pada sistem kewaspadaan dan regulasi kognisi sebaik area utama pada otak orang yang tidak buta (jaringan default)," Vandewalle menjelaskan. 

Para peneliti percaya bahwa jaringan default terkait dengan menjaga jumlah minimal sumber daya yang tersedia untuk memantau lingkungan ketika seseorang tidak aktif melakukan sesuatu. "Jika pemahaman kita tentang jaringan default benar, hasil kami meningkatkan kemungkinan menarik bahwa cahaya merupakan kunci untuk mempertahankan perhatian terus-menerus."

Lockley dan Carrier setuju. "Teori ini mungkin menjelaskan mengapa kinerja otak ditingkatkan ketika cahaya hadir selama otak bekerja." (*)

Editor: Dodo