Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Terispirasi Pernyataan Anas Urbaningrum

Politisi Golkar Luncurkan Buku SBY dalam Pusaran Politik Sengkuni
Oleh : Surya
Rabu | 23-10-2013 | 18:15 WIB
antarafoto-1382522101-.jpg Honda-Batam

PKP Developer


Peluncuran Buku Presiden dalam Pusaran Politik Sengkuni karya Anggota DPR Bambang Soesatyo dihadiri mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD, Pakar Komunikasi Universitas Indonesia Tjipta Lesmana dan Pakar Hukum Tatanegara Universitas Indonesia Esa Unggul Irman Putrasidin. (ANTARA FOTO/Rosa Panggabean)

BATAMTODAY.COM, Jakarta Politisi Partai Golkar Bambang Soesatyo melakukan gebrakan baru di gedung parlemen dengan mengeluarkan buku berjudul 'Presiden Dalam Pusaran Politik Sengkuni'. Buku tersebut dikeluarkan untuk mengkritik sikap dan langkah kebijakan Presiden SBY saat ini.


"Buku ini saya rangkum dan saya tulis terhadap peristiwa yang terjadi sejak pemerintahan SBY tahun 2004 sampai saat ini yang juga terkait dengan orang-orang sekelilingnya," kata Bambang dalam peluncuran bukunya di DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (23/10/2013).

Dalam isi bukunya, Bambang menjelaskan bahwa sikap lembut, sabar, dan tidak grasak-grusuk yang dimiliki SBY saat terpilih menjadi Presiden pada tahun 2004 lalu kini sudah tidak terlihat lagi.

Perubahan sikap tersebut, lanjutnya, dikarenakan para pembisik atau orang-orang terdekat Presiden --atau dalam bahasa Anas Urbaningrum disebut 'sengkuni'-- hanya untuk menyenangkan Presiden saja tetapi berefek buruk bari sikap dan langkah kebijakan Presiden.

"Artinya para pembantu presiden sekarang ini melakukan manuver-manuver untuk membuat menyenangkan presiden tetapi justru membuat presiden mati gaya dan terpojok," tuturnya.

"Akibatnya saat ini Kita kehilangan sosok dan figur sebenarnya yang kita kenal dari tahun 2004. Jadi sekarang ini sosok itu terasa hilang pada masa menjelang akhir pemerintahan ini," tambah Bambang.

Karena itu, dirinya mengeluarkan buku tersebut lantaran sikap dan kebijakan presiden SBY selama ini juga terbangun atas campur tangan dari para loyalisnya, yang justru membuat citra SBY tidak sebaik pada Pemilu 2004 lalu.

"Jadi bisa jadi ini terjadi akibat bisikan-bisikan orang-orang dekat SBY untuk menyenangkan presiden. Tetapi malah presiden merasa terpojok. Contohnya ketika presiden mengeluarkan Perppu ini (MK)," jelasnya.

Ia berharap, siapapun yang menjadi Presiden pada pilpres 2014 mendatang tidak terjebak oleh orang-orang dekat yang justru menjatuhkan dalam bentuk kebijakan dan sikap yang salah.

"Jadi presiden harus berhati-hati bahwa akan banyak sengkuni. Dan lembaga kepresidenan menjadi magnet bagi para sengkuni. Dan kita membutukan presiden yang kuat, agar virus-virus negatif dari sengkuni tidak masuk kepada level kebijakan negara," katanya.

Lanjut Bamsoet, orang-orang ini yang justru membuat Presiden SBY terpojokkan. "Artinya para pembantu presiden sekarang ini melakukan manuver-manuver, untuk menyenangkan presiden. Tetapi justru membuat presiden mati gaya dan terpojok," lanjutnya.

Lantaran hal tersebut, SBY terpaksa kehilangan figurnya sebagai tokoh nasional yang santun dan tenang.

"Akibatnya, saat ini kami kehilangan sosok dan figur sebenarnya, yang dikenal dari tahun 2004 lalu. Jadi sekarang ini sosok itu terasa hilang, menjelang akhir pemerintahan ini," pungkasnya.

Sedangkan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD  mengatakan, jika buku ini tidak didesain dengan metode dan foomat ilmiah yang formal dan kaku, tapi merupakan karya ilmiah populer yang dilayak dibaca sebagai pengamalannya sebagai politisi di DPR RI.

“Siapapun yang membaca buku ini mesti menetralkan diri dan melepaskan diri dari apriori baik terhadap Bambang Soesatyo maupun Presiden SBY, maka buku ini sebagai potret nyata tentang problem politik pemerintahan SBY dan Demokrat,” kata Mahfud.

Buku ini kata Mahfud memang menguraikan keberhasilan-keberhasilan relatif yang dicapai pemerintahan SBY, yang dapat dilihat secara makro dan dari tempat yang jauh. Tapi, cara penyajian yang demikian tak bisa disalahkan secara ilmiah karena sejak awal, dari judulnya saja buku ini memang membahas ‘politik sengkuni’ yang menyinggung kinerja pemerintahan SBY dan bukan membahas keberhasilan-keberhasilannya yang nisbi.

Editor : Surya