Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Duh, Indonesia Disebut Perlu Belajar Bertani dari Australia
Oleh : Redaksi
Jum'at | 04-10-2013 | 22:01 WIB
farmer-using-computer-website.jpg Honda-Batam
Petani Australia.

BATAMTODAY.COM, Perth - Sektor pertanian di Indonesia dilirik sebagai peluang bisnis bagi Australia. Sebuah lembaga Indonesia Institute yang berbasis di Perth, Australia, menyatakan, petani Australia akan lebih baik jika bermitra dengan dunia usaha di Indonesia, dan bukan hanya sekadar mengekspor produknya.


"Ada peluang (bisnis) yang besar untuk mengirim makanan segar dan produk nilai tambah lainnya dari Indonesia ke pasar Asia," kata Ross Taylor, ketua lembaga tersebut, seperti dilansir dari Radio ABC Australia, Kamis.

Menurutnya, ada 40 juta warga kelas menengah yang relatif makmur di Indonesia. Angka itu diperkirakan akan tumbuh menjadi 135 juta pada 2030.

Indonesia, meskipun memiliki sumber daya untuk sektor pertanian - pekerja keras, tanah vulkanik yang subur dan curah hujan yang tinggi, namun masih mengimpor 70 persen dari semua makanan.

Laporan McKinsey baru-baru menunjukkan bahwa pada proyeksi saat ini Indonesia akan memproduksi sekitar 185 juta ton makanan pada tahun 2013. Ross Taylor mengatakan, produksi itu bisa digenjot hingga 310 juta ton.

Untuk mencapai jumlah produksi tersebut, katanya, sulit bagi Indonesia untuk mengatasinya sendiri. Dia mengatakan Indonesia sangat membutuhkan keahlian Australia dalam pengelolaan pertanian, irigasi, agronomi, penyimpanan dingin (cold storage), dan pengelolaan rantai pasokan produksi.

Dia menyebut, sudah ada contoh petani Australia berpikir lateral pada Asia, seperti menyediakan benih kentang sehingga petani Indonesia dapat tumbuh sendiri, dan perusahaan yang menanam blueberry di Australia bisa juga dilakukan dengan baik di Indonesia.

Menurut dia, kedua negara akan saling diuntungkan. "Hanya karena seseorang memiliki peternakan sapi perah di Brunswick Junction di Australia Barat, itu tidak berarti bahwa mereka tidak dapat memiliki peternakan sapi perah di lereng gunung berapi di Jawa Timur," katanya.

"Tapi semua pemasaran, pengembangan, ilmu pengetahuan, teknologi, agronomi itu dan semua aspek-aspek yang sangat intelektual dari keseluruhan proses akan dipertahankan di Australia," imbuhnya. (*)

Editor: Dodo