Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

62,7 Persen Remaja SMP tidak Perawan, 62 Persen Anak SD Kecanduan Pornografi
Oleh : Redaksi
Kamis | 03-10-2013 | 18:59 WIB
Arist-Merdeka-Sirait.jpg Honda-Batam
Arist Merdeka Sirait.

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Fenomena maraknya seks bebas dan prostitusi di kalangan remaja perlu mendapat perhatian yang serius dari semua pihak. Penelitian Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) cukup mengejutkan banyak pihak: 62,7 persen remaja SMP yang disurvei mengaku sudah tidak perawan!

Ketua Komnas PA, Arist Merdeka Sirait, menjelaskan, dari 4.726 anak yang diteliti, sebanyak 93,7 persen remaja SMP dan SMA mengaku pernah berciuman, genital stimulation, hingga oral seks. Sementara, 62,7 persen remaja SMP mengaku sudah tidak perawan. 


Survey ini dilakukan oleh Komnas PA bekerja sama dengan lembaga perlindungan anak di 12 kota besar pada tahun 2012 lalu. "Pada sebagian besar remaja SMP dan SMA yang diteliti tergolong telah memiliki pengetahuan yang cukup mengenai seksualitas, yaitu tentang organ seksual, fungsinya, bahkan juga kegiatan seksual," jelas Arist, saat menjadi pembicara pada diskusi dengan tema "Fenomena Maraknya Seks Bebas dan Prostitusi di Kalangan Remaja", di ruang rapat Persipar, Gedung Nusantara II, hari ini.

Menurut Arist, selama semester pertama 2013, Komnas PA menerima pengaduan sebanyak 102 kasus terkait perilaku seks pada remaja. Sebanyak 54 persen di antaranya adalah untuk tujuan seks komersial. 

Namun, yang paling mengagetkan adalah penelitian mengenai kecanduan ponrografi. Dari 2.818 anak kelas 4, 5 dan 6 SD di Jabotabek yang diteliti dalam kurun waktu 2010-2011, sebanyak 67 persen anak kecanduan pornografi. Menurutnya, semakin anak kecanduan pornografi, semakin ekstrim pula dia menjelajah, bahkan melakukan praktik seks bebas.

"Paradigma pengasuhan yang otoriter dari orang tua ke anak harus diubah menjadi pola pengasuhan yang aktif dan logis. Orang tua harus mendengarkan aspirasi anak. Jika orang tua tidak bisa menjawab pertanyaan dari anak, maka anak mencari jawaban itu sendiri. Pertanyaan dari anak harus diberi jawaban. Keluarga harus menjadi tempat curhat untuk anak, termasuk soal pendidikan seks ini," jelas Arist, sebagaimana dikutip dari laman DPR-RI. (*)

Editor: Dodo