Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

TKI Dihukum Mati di Malaysia

Golkar Minta Muhaimin dan Marty Bela Wilfrida
Oleh : Surya
Rabu | 18-09-2013 | 17:35 WIB
walfrida-soik.jpg Honda-Batam

Wilfrida Soik, TKI yang mendapat Ancaman Hukuman Mati karena membunuh majikannya Yeap Seok Pen

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Partai Golkar mendesak Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa (Menlu) dan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Muhaimin Iskandar agar pro aktif membebaskan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang terancam hukuman mati di Malaysia.


Sebaiknya, pemerintah tidak hanya sibuk mengurus kegiatan-kegiatan seremonial belaka seperti APEC di Bali.

Sebagaimana diketahui, Pengadilan Malaysia sedang menuntut TKI di bawah umur asal Belu, NTT (Nusa Tenggara Timur) bernama Wilfrida Soik dengan hukuman mati. Wilfrida dihukum mati karena dituduh melakukan tindak pembunuhan terhadap majikan perempuannya, Yeap Seok Pen.

"Golkar mendesak agar jangan sampai jiwa anak bangsa mati sia-sia di negara orang tanpa pembelaan. Kami belum melihat langkah-langkah proaktif dan solusi kreatif dari kedua menteri ini. Ini tugas mereka.  Pemerintah abai mengurus para pahlawan devisa. Justru lebih sibuk dengan acara-acara seremonial," ujar Anggota Komisi IX DPR dari Partai Golkar, Poempida Hidayatulloh, hari ini di Media Center DPP Partai Golkar.

Partai Golkar mencatat hingga Maret 2013 terdapat 400 lebih TKI terancam hukuman mati di luar negeri. Kenyataan ini menunjukkan pemerintah belum berhasil menekan jumlah TKI yang diproses hukum saat bekerja di luar negeri Selain itu di kalangan lembaga negara terdapat perbedaan pandangan mengenai amnesti di Kementrian Luar Negeri (Kemenlu) dan di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans).

Golkar menilai, bukan saatnya para menteri berdebat soal materi-materi legal formal seperti soal amnesti internasional. Kedua kementerian sudah harus melakukan penetrasi diplomasi tingkat tinggi yang kreatif dan cerdas demi menyelamatkan jiwa TKI-TKI yang nyawanya terancam.

"Penyelesaiannya jangan text book lagi. Mana itu kreatifitas diplomasi diplomat-diplomat kita. Belum jelas itu arahnya ke mana," ujar Poempida.

Editor : Surya