Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Walah, Seperempat Lelaki Asia Pernah Memperkosa
Oleh : Redaksi
Rabu | 11-09-2013 | 10:47 WIB
perkosaan ilustrasi.jpg Honda-Batam
Ilustrasi.

BATAMTODAY.COM, Batam - Penelitian sejumlah negara Asia menunjukkan sekitar 25 persen lelaki pernah memperkosa perempuan. Uniknya, banyak yang merasa berhak melakukannya.

Sedikitnya satu di antara 10 lelaki Asia mengaku pernah memperkosa perempuan yang bukan pasangannya, begitu temuan sebuah studi yang diselenggarakan sejumlah badan PBB dan diterbitkan di jurnal online Lancet Global Health, Selasa.
 
Lebih mencengangkan lagi, bila "pasangan dan pacar" dimasukkan dalam kategori umum perempuan, maka angka lelaki yang pernah memerkosa melejit menjadi 25 persen. Begitu kesimpulan penelitian terhadap 10 ribu lelaki antara usia 18 hingga 49 di Bangladesh, Cina, Kamboja, Indonesia dan Papua Nugini.

Faham Patriarki Sebagai Pemicu
"Temuan ini mengejutkan, tapi di manapun kami meneliti, kami melihat kekerasan terhadap pasangan, kondisi untuk menyasar dan melakukan kekerasan terhadap pasangan," ungkap Michele Decker, asisten professor di John Hopkins School of Public Health yang turut menulis tajuknya.

Studi masalah kekerasan terhadap perempuan tersebut berhipotesa, bahwa kekerasan itu akibat hubungan gender yang tidak berimbang dan hegemoni maskulinitas yang muncul dari faham patriarki.
 
Penelitian yang berlangsung dari 2010 hingga 2013 itu tidak menggunakan kata perkosaan dalam pertanyaan yang diajukan, tapi bertanya apakah pernah memaksa seorang perempuan untuk berhubungan seksual ketika perempuan itu tidak menginginkannya atau apakah pernah memaksakan hubungan seksual saat sedang mabuk atau terpengaruh narkoba.

Juga Perkosaan Terhadap Lelaki
Dalam penelitian yang memfokus mengapa lelaki menggunakan kekerasan dan bagaimana penanganannya, persentase terendah pelaku perkosaan terhadap perempuan ditemukan di Bangladesh dan Indonesia dengan 26 persen. Sedangkan persentase tertinggi 80 persen didapati di Papua Nugini.

Sekitar 70 persen responden yang mengaku telah memaksa perempuan berhubungan seksual, juga mengaku merasa berhak melakukannya. Hampir 60 persen mengaku, karena tengah merasa bosan atau sekadar ingin bersenang, sedangkan 40 persen mengatakan bahwa tindakannya berdasarkan amarah dan keinginan untuk menghukum perempuan yang bersangkutan.

Studi itu menyebutkan, meski minuman keras sering disebut sebagai penyulut kekerasan, jumlah responden yang atas tindakannya merujuk pada minuman keras sangat sedikit.
Laporan itu juga berusaha meneliti perkosaan terhadap lelaki. 

Di Bangladesh, Cina, dan Indonesia, sekitar 2 persen responden mengaku telah memerkosa lelaki lain, di Sri Lanka dan Kamboja jumlahnya berkisar pada 4 persen dan di Paua Nugini jumlahnya mencapai 8 persen responden.

Rekomendasi hasil penelitian itu, termasuk mengubah norma-norma sosial yang terkait pelumrahan subordinitas perempuan dan mengakhiri impunitas pelaku perkosaan. (*)

sumber: Deutche Welle